OPINI
Peserta Didik dan Demam Ranking Satu
Setiap Senin hingga Sabtu, ia harus berangkat dari rumah di lereng gunung menuju sekolah pada jam 05.00 pagi agar tidak terlambat.
AP merupakan siswa yang memiliki kecerdasan kinestetik yang dibuktikan dengan kemampuan bangun pagi, mengelola waktu serta menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah.
Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 menunjukkan akomodasi kecerdasan majemuk tersebut.
Kesalahan fatal pendidikan tersebut meskipun merupakan virus yang diciptakan struktur kekuasaan orde baru dengan kebijakan pendidikan yang “kognitif oriented” serta miskin seni, namun juga terletak pada tradisi sekolah yang tidak memahami anak didiknya secara lebih kultural.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada guru-guru saya bahwa narasi 'ranking satu' dan 'yang terbaik' yang selalu dimunculkan khususnya di tengah keramaian media sosial, hanya akan melahirkan perbedaan kelas antar peserta didik.
Yang mendapatkan ranking dan berprestasi, akan di anggap sebagai manusia 'berkelas' dan yang tidak mendapatkan ranking atau tidak berprestasi akan dianggap 'peserta didik kelas dua' atau peserta didik dengan status rendah.
Informasi terakhir sahabat saya AP yang selalu dianggap rendah itu, telah menjadi petani sukses yang mengelola puluhan hektar sawah dan ternak, sedangkan sahabat saya yang selalu mendapatkan ranking, saat ini menjalankan profesi sebagai ibu rumah tangga dan pedagang kue.*
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.