Catatan Wartawan
Hut Bhayangkara ke 77, Berikut Daftar Kasus Menonjol yang Jadi PR Polda Sulut
HUT Bhayangkara tahun ini menjadi momen Polda Sulut dan jajaran terus membangun komitmen gerakan semangat untuk melayani.
Penulis: Rhendi Umar | Editor: Rizali Posumah
"Itu melanggar Undang-Undang. Kalau bisa setiap warga yang ingin melakukan pertambangan wajib mengurus perizinannya terlebih dahulu," jelasnya.
Sebelumnya, Kapolda Sulut, Irjen Pol Setyo Budianto, mengharapkan masyarakat yang berada di Sulut untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang kontra produktif, terutama terkait masalah pertambangan ilegal.
"Ini tentu dapat merusak lingkungan dan ekosistem yang ada di lingkungan tersebut. Dan ini diharapkan tidak terjadi. Mohon semuanya bisa menjaga lingkungan tersebut dengan baik,” ujarnya beberapa waktu sebelumnya.
4. Kasus Cabul
Kasus cabul masih tergolong tinggi di Provinsi Sulawesi Utara.
Bahkan dari laporan yang masuk ke Polda Sulut, hingga April 2023 tercatat ada 31 kasus cabul.
Hal tersebut dikatakan oleh Kapolda Sulut Irjen Setyo Budianto.
Menurutnya, kasus cabul selama ini masih menjadi prioritas penanganan pihaknya.
Jenderal dua bintang ini mengaku jika kebanyakan kasus cabul terjadi di daerah yang tak bisa dijangkau oleh polisi.
Maka dari itu, ia meminta agar orang tua ikut berperan aktif menjaga buah hatinya.
Kami tidak bisa melakukan pencegahan penuh pada kasus cabul. Karena banyak yang terjadi di tempat yang privat. Jadi kami harap ada campur tangan dari orang tua," kata dia.
"Polisi tak bisa bergerak sendiri, terutama dalam kasus cabul. Maka dari itu kami butuh dukungan dari orang tua," tegas dia.
5. Kasus Pembunuhan Dipicu Karena Miras
Polda Sulawesi Utara menangani sejumlah kasus pembunuhan di tahun 2023.
Tercatat ada 8 kasus pembunuhan yang ditangani periode bulan Januari hingga Februari.
Angka itu mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun 2022, hanya 6 kasus.
Dari data yang dihimpun Tribun Manado, ada beberapa kasus pembunuhan menonjol yang terjadi di Sulut.
Mulai dari pembunuhan di Ratatotok Minahasa Tenggara, kemudian pembunuhan di Bintauna Pantai Bolaang Mongondow Utara, lalu pembunuhan di perkebunan Mahawu Tomohon.
Akar mula terjadi peristiwa tersebut rata-rata dipicu karena minuman keras.
"Artinya minuman keras sangat berpengaruh menghilangkan kesadaran dari si pelaku, hingga akal sehatnya hilang, tersulut emosi dan mudah terprovokasi, dan melakukan tindakan yang sudah membahayakan orang," jelasnya. (Ren)
Baca berita lainnya di: Google News.
Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.