Pemilu 2019
Dialog Kompas TV, Perlu Perbaikan Sistem Rekrutmen KPPS
Hal tersebut menjadi kesimpulan dialog Kompas TV bertema "Ratusan Penyelenggara Meninggal Ada Apa. Sebuah Tinjauan Sistem Pemilu dan Medis" di studio
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
TRIBUN MANADO.CO.ID - Perlu riset terperinci untuk mengetahui penyebab kematian ratusan penyelenggara Pemilu.
Hasilnya diperlukan demi perbaikan sistem pemilu ke depannya.
Hal tersebut menjadi kesimpulan dialog Kompas TV bertema "Ratusan Penyelenggara Meninggal Ada Apa. Sebuah Tinjauan Sistem Pemilu dan Medis" di studio Kompas TV, Selasa (14/5/2019) sore.
Hadir sebagai pembicara pengamat politik Ferry Liando, Pengamat Hukum Toar Palilingan, Wakil Ketua IDI Sulut Taufik Pasiak,
Baca: Donald Trump Gelar Buka Puasa di Gedung Putih, Sebut Ramadan Waktu Istimewa
Baca: Siswa Tewas Lakalantas Usai Perayaan Kelulusan Sekolah, Anggota DPRD Kritisi Konvoi Ugal-Ugalan
Baca: Hanya Lewat Missed Call di WhatsApp, Data di Ponsel Bisa Dicuri
Antropolog Henny Pratikno, Ketua Komisi Informasi Publik Andre Mongdong Dosen Stevan Voges serta sosiolog Kamajaya Al Katuuk.
Tampil sebagai host Susan Palilingan dari Kompas TV.
Puluhan mahasiswa turut hadir dan acara dirangkaikan buka puasa.
Taufik Pasiak menyebut penyebab kematian para penyelenggara pemilu serba kabur.
Baca: Golkar Siap Koalisi, Tetty Paruntu Sudah Didekati Partai Lain
Baca: Angka Kasus Penderita Gizi Buruk Turun Drastis
Baca: Melihat Aurat Wanita di Medsos, Batalkah Puasa?
"Ini masih misteri, dikarenakan otopsi sudah tidak memungkinkan lagi karena pasti ditolak keluarga," kata dia.
Menurut dia, 13 penyebab kematian yang dirilis oleh Kemenkes dan IDI belum menjawab misteri tersebut.
Ada kontradiksi dalam sebab - sebab itu.
"Kelelahan hanyalah faktor sekunder, tapi faktor primernya beragam," kata dia.
Sebut Taufik, perlu ada riset tersendiri untuk mengetahui penyebab kematian tersebut.
Baca: Ngaku Punya Email Sejak 1987, PM India Diolok-olok Netizen
Baca: Irene Soenarno, Siswi SMK yang Meninggal Kecelakaan di Hari Kelulusan Punya Keinginan Jadi Pendeta
Baca: Agar Nyamuk Malas Gigit Manusia, Berilah Dia Makan
Riset diperlukan untuk memperbaiki sistem ke depan.
"Proses rekrutmen perlu diperbaiki," kata dia.
Sedang Ferry Liando mengupasnya dari sisi politik.
Menurut Ferry, pemilu kali ini punya dinamika yang sangat kuat.
Baca: Ancam Anggota Polri, Bilang Kalau Ketemu Bakal Ditikam dengan Pisau, RR Diangkut ke Maporles Tomohon
Baca: Wartawan Senior Freddy Roeroe Berpulang, Umbas: Sulut Kehilangan Tokoh Jurnalis Pejuang
Baca: Herly Kapoh Meninggal Dunia, Yamaha Dikendarainya Tabrak Dump Truk yang Diparkir
"Dinamika itu menekan dan mengintimidasi para penyelenggara, membuat mereka stres dan tertekan," kata dia.
Dikatakan Ferry, hanya ada dua pasang calon menyebabkan dinamika sangat kuat.
Lain halnya jika ada lebih dari dua calon.
"Ini disebabkan oleh karena ambang batas 20 persen itu yang sangat menyulitkan partai untuk mengajukan Capres," kata dia.
Baca: Tarif Dipangkas, Saham Garuda Indonesia Turun
Baca: Megawati Perbolehkan Demokrat Gabung Koalisi Jokowi
Baca: Prabowo Tulis Surat Wasiat Pilpres, Alumni UI dan Dosen Unsrat Bicara People Power
Pengamat hukum Toar Palilingan menyinggung tiadanya simulasi yang mengukur beban kerja penyelenggara sebelum kontestasi.
"Ini murni kesalahan dari KPU," kata dia.
Henny menyoroti tiadanya staf kesehatan di TPS sejak awal.
Baca: Korban Konvoi Kelulusan, Polisi Bakal Buru Tersangka yang Tabrak Irene Soenarno hingga Meninggal
Baca: Oknum TNI Tersangka Pembunuh Kasir Indomaret Sempat Beli Ransel di Pasar Sebelum Lakukan Aksinya
Baca: 14 Fakta Kematian Irene Soenarno, Siswi SMK yang Ditabrak Motor saat Perayaan Kelulusan
Ia setuju jika para penyelenggara memikul beban psikologis yang berat.
Sementara Al Katuuk menyebut kematian para petugas penyelenggara sebagai kematian berantai.
"Juga berita ini terlalu di blow up," kata dia.
Ia setuju adanya penataan sistem serta perbaikan rekrutmen agar kejadian tersebut tak berulang. (art)
Baca: Pesta Kelulusan Siswi SMK Berujung Maut: Begini Pengakuan Ibu Korban
Baca: Mahkota Janda Direbut Brondong Penipu, Mobil dan Handphone Dibawah Kabur
Baca: Rins Satu Poin Di Bawah Marquez, Raih Hasil Positif Pada Empat Balapan
BERITA POPULER
Baca: Kabinet Jokowi-Maruf Versi Jajak Pendapat: Ahok, AHY dan Najwa Shihab Masuk di Dalamnya
Baca: Sosok Irene Sonarno, Siswi SMK Tewas Kecelakaan saat Rayakan Kelulusan, Guru Ungkap Kelakuannya
Baca: UPDATE Siswi SMK Tewas Ditabrak di Hari Kelulusannya, Polisi: Pacar Korban Tak Punya SIM dan STNK