Catatan Wartawan
Darah Menjadi Kopi
"Awalnya arwah dari korban seakan memburu saya, ia seperti membayangi saya, setelah itu saya diteror rasa sesal," kata dia.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Ventrico Nonutu
L perlu itu agar hidupnya jadi berkat. Agar damai dalam dirinya bisa dinikmati sesama.
Pucuk dicinta ulam tiba.
"Saat itu ada pelatihan Barista, saya tak punya pengalaman buat kopi, tapi bela-balain ikut. Ternyata saya bisa. Bahkan saya terpilih dalam program sebuah lembaga untuk meneruskan karier sebagai barista jika keluar dari penjara," kata dia.
Sempat menjalani magang di sebuah rumah kopi, akhirnya ia menjadi barista tetap.
Baca juga: Palu yang Patah
Dengan penghasilan lumayan.
Salah satu kopi buatan andalannya adalah kopi rasa buah.
Mengecapnya betul-betul membawa damai di hati.
"Berbuat salah adalah pilihan manusia, tapi lahir kembali adalah anugerah Tuhan. Saya sangat beruntung sebagai manusia," katanya.
Saya teringat kisah Nikodemus dalam Alkitab.
Sang ahli Yahudi ini seorang yang sempurna. Kariernya moncer.
Ia sangat bermoral. Juga super pintar. Namun semua itu tak bernilai di hadapan Yesus.
Yesus menyodorkan konsep lahir kembali oleh Roh.
Dengan begitu sang moralis tak dapat membanggakan diri.
Takaran kebaikan sepadat apapun masih kalah berat dengan dosa.
Seorang pembunuh yang lahir kembali lebih baik dari moralis manapun.
(TribunManado/Arthur Rompis)
Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.