Catatan Willy Kumurur
Manchester City vs Real Madrid - Proyeksi dan Proksi Nilai-nilai
Mereka adalah Pep dan Don Carlo yang akan berdiri di pinggir lapangan mengendalikan dan menyutradarai skrenario masing-masing.
Oleh: Willy Kumurur
Penikmat Bola
TATKALA dua tim besar memasuki gelanggang pertempuran, penonton yang sangat paham tentang seni sepakbola tak hanya akan memperhatikan para pemain yang berlaga di lapangan. Tetapi juga akan menyimak siapa sang pemikir atau filsuf di belakang layar.
Ketika dinihari nanti Real Madrid menyerbu stadion Etihad -markas besar Manchester City-, dalam laga leg kedua perempat final Liga Champions musim 2023-2024, penonton tak hanya akan menyaksikan Jude Bellingham, Vinicius Junior atau Erling Haaland, Phil Foden dan Kevin de Bruyne, namun dua filsuf bola di belakang “mesin-mesin perang” The Citizens dan El Real.
Mereka adalah Joseph Guardiola (Pep) dan Carlo Ancelotti (Don Carlo) yang akan berdiri di pinggir lapangan mengendalikan dan menyutradarai skrenario masing-masing.
Jika di Etihad Stadium pelatih City -Pep- adalah yang paling berpengaruh, maka di Santiago Bernabeu -markas Real Madrid- Don Carlo hanyalah bayang-bayang Presiden Real Madrid, Florentino Perez.
Baca juga: Drama Kylian Mbappe Gabung Real Madrid, Legenda Prancis Minta Mikir hingga Klaim Media Spanyol
Dalam kamus Florentino Perez, kekalahan itu tidak eksis.
Di dua masa jabatannya, Pérez telah mengubah klubnya menjadi semacam Disneyland olahraga dan surga optimisme dalam mana segalanya adalah yang terbaik dan yang ada hanyalah parade kemenangan tanpa akhir.
Baginya citra ini harus dipertahankan dengan segala cara.
Seperti pernah ditulis oleh The New York Times, Asosiasi Anggota Real Madrid (Asociación de Socios de Real Madrid) berujar, “Setiap suara yang kritis terhadap pemikiran Perez langsung dicap sebagai ‘anti-Madridista.”
Bagi Los Blancos -julukan Madrid- kemenangan adalah keniscayaan. Karena itulah, setiap laga harus dimenangkan, demi tegaknya citra klub.
Di Bernabeu, seminggu yang lalu, pasukan Pep berhasil meredakan keganasan pasukan Don Carlo dengan skor imbang 3-3.
Empat puluh lima menit pertama, tim asuhan Pep tertinggal 1-2.
Di kamar ganti, ia menenangkan anak-anak asuhannya dan berkata lembut namun bernada memotivasi, “Lebih tenang. Bergerak lebih sedikit, lebih sederhana dengan bola. Serang [di] luar. Masih banyak menit untuk bermain.”
Dalam biografi setebal 325 halaman berjudul Pep Guardiola, Another Way of Winning, tulisan Guillem Balague, pelatih kenamaan Manchester United, Sir Alex Ferguson, menulis dalam kata pengantar, “Satu hal yang saya perhatikan tentang Guardiola –yang sangat penting bagi kesuksesan besarnya sebagai seorang manajer– adalah bahwa ia sangat rendah hati.
Dia tidak pernah mencoba untuk menyombongkan diri, dia sangat menghormati – dan itu sangat penting.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.