Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan Willy Kumurur

Final Liga Champions PSG vs Inter Milan: Transformasi, Impian dan Sejarah

PSG asal Prancis berusaha mewujudkan mimpi untuk menjadi juara Liga Champions demi memeteraikan diri sebagai klub top Eropa bahkan dunia.

Tribun Manado/Grafis
UCL - Final Liga Champions Eropa UEFA 2024-2025 PSG vs Inter Milan. Berikut catatan Willy Kumurur, penikmat bola. 

Oleh: Willy Kumurur
Penikmat Bola

KETIKA dunia menjadi obyek persepsi kita, kita berasumsi bahwa dunia itu diam di sana: mati dan tak berarti.

Namun dunia tidak hanya ada, ia muncul dan menampilkan dirinya kepada kita melalui lapisan-lapisan interpretasi.

Filsuf William James berbincang tentang pengalaman kita terhadap dunia sebagai sesuatu yang 'tebal' – penuh dengan lapisan-lapisan makna, pemahaman, konseptualisasi, interpretasi, maksud, dan sebagainya.

Dunia tak hanya diam di sana dan dipersepsikan secara pasif. Ia terbungkus dalam selimut interpretatif yang aktif dan terus berubah.

Apa yang kita persepsikan sebagai dunia bukanlah permukaan realitas yang tipis. Kita selalu menyentuh dunia melalui ketebalan makna yang menyelimutinya.

Demikianlah yang terjadi dengan Paris Saint-Germain (PSG), klub sepakbola Prancis, yang berusaha mewujudkan mimpi untuk menjadi juara Liga Champions demi memeteraikan diri sebagai klub top Eropa bahkan dunia.

Baca juga: Hipertensi Penyakit Terbanyak di Manado, Akademisi Unsrat Soroti Gaya Hidup dan Kebijakan Pemerintah

Klub ini menganggap bahwa jalan ke arah puncak adalah dengan merekrut para bintang top dunia.

Maka pada tahun 2021 direkrutlah Lionel Messi sehingga pada musim itu PSG memiliki trio pemain depan yang hebat: Kylian Mbappe, Neymar Jr dan Lionel Messi.

Hasilnya? Jauh sebelum final PSG sudah tersingkir dari gelanggang.

Apalagi, mereka diasuh oleh pelatih-pelatih medioker seperti Mauricio Pochettino dan Christophe Galtier yang didikte oleh Mbappe.

Lalu bagaimana tim yang dahulu dikenal dengan ego dan bintang-bintang individualnya menjelma menjadi skuad paling tidak egois dan terstruktur yang pernah dikenal Paris?

Adalah Luis Enrique yang datang dan membuka selubung dan selimut interpretatif yang membungkus 'dunia' PSG.

“Ligue 1 Prancis sering diejek sebagai liga yang lemah oleh komentator Inggris. Liga kita dijuluki liga petani, bukan? Kita adalah liga petani," ujar Luis Enrique.

Dengan sistematis, Enrique membuka lapis demi lapis ketebalan 'dunia' kubu PSG. Enrique 'mendamprat' Kylian Mbappe,

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved