Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan Willy Kumurur

Euro 2024: Polandia vs Belanda, Kerinduan pada Masa Lalu

Apakah kerinduan fans De Oranje untuk menjelmakan keindahan masa lalu ke masa sekarang akan menjadi kenyataan?

kolase
Polandia vs Belanda di Euro 2024 

Oleh: Willy Kumurur
Penikmat Bola

MENGENANG masa lalu yang indah adalah sublimasi atas kenyataan pahit dan membosankan.

Itulah yang dilakukan oleh fans dan publik Belanda akibat kekecewaan mereka pada penampilan membosankan tim negeri tulip itu di bawah asuhan Louis van Gaal di Piala Dunia Qatar 2022.

Dunia bola memiliki kenangan manis atas Belanda yang amat digdaya pada tahun 1974 dan 1988.

Namun sejak itu, Belanda meredup, bahkan tak sanggup lolos ke Euro 2016 dan Piala Dunia 2018. Ronald Koeman, salah seorang 'murid' Rinus Michels di Euro 1988, mengembalikan kejayaan De Oranye dan lolos ke Euro 2020.

Namun sayangnya Koeman tidak dapat mengawal Belanda saat itu karena tertarik pada tawaran FC Barcelona.

Ia kini menangani Tim Belanda di Euro 2024 ini dan berjanji untuk tidak menampilkan boring football.

Tersirat ia ingin membangkitkan nostalgia para fansnya akan cita rasa total football.

dr Willy Kumurur
dr Willy Kumurur (handover)

Different people find the zone in different ways (orang yang berbeda menemukan jalannya dengan cara yang berbeda), demikianlah Ken Robinson dalam bukunya The Element.

Tidak demikian halnya dengan Ronald Koeman, manajer pelatih Tim Oranye Belanda.

Dalam meramu timnya, Koeman tetap menerapkan filsafat total football ciptaan legenda Rinus Michels.

Total football yang aslinya adalah pressure football diperagakan dengan cantik dan trengginas oleh Johan Cruyff dkk di Piala Dunia 1974 serta Marco van Basten, Ruud Gullit, Frank Rijkaard dan Ronald Koeman di Piala Eropa 1988.

Baca juga: Jadwal Lengkap Euro 2024

'Jenderal' Rinus Michels menggambarkan temuannya itu dengan metafora, “Jangan tebas lawanmu dengan pedang jika kau bisa menggilasnya dengan tank.”

Demikianlah jargon Michels dan di balik filsafat itu tersimpan jiwa spartan dari sistem total football.

Dengan kata lain, ia ingin mengatakan bahwa secara sederhana konsepnya adalah “Gilaslah siapa saja yang jadi lawanmu. Hancurkan mereka setotal-totalnya.”

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved