Catatan Willy Kumurur
Peninggalan Sang Ilmuwan Stephen Hawking
Stephen William Hawking adalah ahli fisika teoretis dan kosmolog asal Inggris
Oleh: Willy Kumurur
Penikmat Buku
Bertanya-tanya untuk mencari tahu adalah perasaan seorang filsuf, dan filsafat dimulai sana, ujar filsuf mashyur Socrates.
Seseorang selalu dibayangi oleh rasa penasaran, dan ia bertanya-tanya: apakah yang disebut waktu, dan apakah ia selalu bergerak maju?
Adakah ujung alam semesta di dalam ruang dan waktu? Bagaimana alam semesta bermula?
Itulah deretan pertanyaan seorang 'filsuf' atau pemikir modern yang ia bahas dalam buku berjudul A Brief History of Time, yang terbit tahun 1988 di Inggeris.
Sang pemikir itu adalah Stephen William Hawking, seorang ahli fisika teoretis, kosmolog asal Inggris yang merupakan direktur penelitian di Pusat Kosmologi Teoritis di Universitas Cambridge.
Buku itu mengguncang dunia dan terjual sebanyak 10 juta eksemplar, memecahkan rekor dalam sejarah penerbitan buku ilmiah.
Media Time memuja Hawking dengan menulis, “Selagi dia tergolek tak berdaya di kursi roda, akalnya terbang menjelajahi luasnya ruang dan waktu untuk membuka kunci rahasia alam semesta.”
Suatu hari di tahun 2002, Thomas Hertog menerima email dari mentornya, Stephen Hawking.
Sang superstar intelektual itu memanggilnya. Hertog bergegas ke ruangan Hawking di Cambridge. “Matanya berbinar ceria,” kenang Hertog.
Melalui sistem suara yang dikendalikan oleh program computer bernama Equalizer, kosmolog itu mengetikkan kalimat yang amat mengejutkan, “Saya berubah pikiran. Buku saya terdahulu, A Brief History of Time, ditulis dari sudut pandang yang salah.”
Dengan kata lain, buku ilmiah terlaris dalam sejarah penerbitan, dibuang ke tempat sampah oleh penulisnya sendiri.
Dalam sebuah percakapan, Hertog bertanya kepada Hawking, “Mengapa khawatir tentang alam semesta lain?”
Jawaban Hawking penuh teka-teki: “Mengapa alam semesta seperti ini? Mengapa kita di sini? Tidak ada guru fisika saya yang pernah mengajarkan tentang fisika dan kosmologi dalam istilah metafisika seperti itu.”
“Bukankah itu persoalan filosofis?” sergah Hertog. “Filsafat sudah mati, sobat” kata Hawking dengan mata berbinar.
Mereka berdua kemudian mulai mencari cara baru untuk merangkum pemikiran terbaru mereka tentang alam semesta.
Lalu, lima tahun setelah kematian Hawking yaitu tahun 2023, Thomas Hertog mempublikasikan hasil pemikiran Hawking yang monumental dalam bentuk buku yang berjudul On the Origin of Time: Stephen Hawking’s final theory (Tentang Asal Usul Waktu: Teori Terakhir Stephen Hawking).
Buku ini terbit di Inggris pada kuartal pertama tahun ini.
Barangkali pertanyaan terbesar yang berusaha dijawab oleh Hawking dalam kehidupannya yang luar biasa adalah bagaimana alam semesta bisa menciptakan kondisi yang sangat ramah terhadap kehidupan.
Dalam rangka memecahkan misteri ini, Hawking mempelajari asal mula big bang alam semesta, namun penelitian awalnya mengalami krisis ketika matematika memperkirakan banyak big bang menghasilkan multiverse—tak terhitung banyaknya alam semesta yang berbeda, yang sebagian besarnya terlalu aneh untuk dibayangkan.
Di departemen fisika teoretis di Universitas Cambridge, Hawking dan 'muridnya', Thomas Hertog, mengerjakan masalah ini selama dua puluh tahun, mengembangkan teori baru tentang kosmos yang dapat menjelaskan munculnya kehidupan.
Buku setebal 467 halaman ini menawarkan visi baru yang menakjubkan tentang kelahiran alam semesta yang mungkin akan mengubah cara kita berpikir tentang tempat kita dalam tatanan kosmos dan pada akhirnya mungkin terbukti menjadi warisan terbesar Hawking.****
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.