Catatan Wartawan
Di Balik Kungfu Tidur di Atas Tali Biksu Shaolin
Cara melepaskan diri dari penderitaan adalah melawan ego dan keinginan. Penulis banyak belajar dari biksu.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Isvara Savitri
Namun jika takdirnya adalah biksu, ia mengaku tak akan menghindar.
Gea, peserta lainnya, mengaku beroleh banyak hal yang mendewasakan dirinya dalam pelatihan itu.
"Saya diajarkan mandiri, cuci piring sendiri, menyapu. Kalau di rumah kan dikerjakan orang tua atau pembantu," beber dia.
Handi, orang tua salah seorang peserta bernama Emily, mengatakan sang anak ikut atas keinginannya sendiri.
Beberapa hari ikut, hasilnya sudah terlihat.
"Ia jadi lebih sabar, juga lebih mandiri, tidak manja. Saya bangga," ujar dia.
Handi sama sekali tak bercita-cita anaknya jadi bhikuni.
Ia hanya ingin sang anak jadi pembawa damai di manapun ia berada.
"Saya ingin ia membawa semangat Buddha diaplikasikan dalam hidup sehari hari," kata dia.
Saya pernah meliput kedatangan Biksu Shaolin beberapa tahun silam.
Mereka punya banyak keahlian yang di luar nalar manusia.
Badan tak bisa tembus senjata tajam, dapat memecahkan batu dengan dua jari, dan yang luar biasa adalah tidur di atas tali.
Keahlian ini tak ditampilkan kepada umum, tapi hanya ditunjukkan pada saya di sebuah kamar hotel.
Saya sangat beruntung menjadi satu-satunya orang Manado yang menyaksikan atraksi seorang biksu Shaolin tidur di atas tali.
Sang biksu sempat berkata, entah guyon atau benar, akan mengajarkan kepada saya ilmu belalang sembah yang tersohor itu.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.