Catatan Wartawan
Kisah Pelarian 51 Afganistan di Manado Sulawesi Utara Bermodal Sendok
Seorang karateka dapat menggunakan semua badannya untuk membunuh, begitu pun jurnalis ; dapat menggunakan semua pengalamannya, termasuk bersantai.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Ia berbahasa Manado, makan makanan pedas, tinutuan, roa dan punya banyak teman dari berbagai kalangan etnis dan agama.
Dia menjelaskannya dengan riang gembira. Ketika ditanya Afganistan, ia murung.
"Tak mau lagi ke sana, saya orang Manado," katanya.
Ada pula seorang Afganistan yang bersekolah di Manado, sejak SMP dan SMA hingga tamat kuliah.
Masalah Afganistan ini memang pelik.
Hingga kini masih banyak dari mereka yang menanti diberangkatkan ke negara yang dituju yakni Australia.
Sialnya UNHCR PBB yang punya kewenangan sepertinya lepas tangan.
Pemerintah pun kelabakan membiayai mereka.
Jadilah mereka berkeliaran di Indonesia, dengan status tak jelas.
Tinggal di Indonesia, sulit. Balik ke Afganistan, tak mungkin. Pergi ke Australia, rasanya mustahil.
Dari ketiganya, yang paling mungkin adalah tinggal di Indonesia.
Meski sulit. Mereka yang tinggal di Manado termasuk mujur.
Banyak warga yang membantu mereka.
Nasib mereka lebih baik ketimbang saudaranya di berbagai belahan nusantara.
Ada puluhan yang tak kuat lantas memilih mengakhiri hidup.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.