Catatan Wartawan
Misteri Pembunuhan Dua Bayi Kembar
TKP di Winangun. Aku ke sana dengan sepeda motor, menerobos hujan rintik - rintik dengan jaket yang kupakai terbalik.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Bayi di tangan si ibu lolos dari pembunuhan.
Ketiganya ganteng dan sehat. Mendadak dadaku nyeri.
Air mata tak bisa kutahan. Mengalir deras di pipi. Wartawan juga manusia.
Keterangan si ibu, dirinya melihat ada orang bertopeng masuk rumah itu.
Segera si pria bertopeng memenuhi hedline koran.
Koran arus utama memasang ilustrasi pria bertopeng beserta foto si ibu yang menangis memeluk bayinya.
Segera Manado heboh dengan teror pria bertopeng.
Publik minta polisi segera menangkap si pria bertopeng.
Para tokoh agama menyisipkan pria bertopeng dalam khotbah disertai nasehat untuk tidak mengikuti hawa nafsu.
Entah kenapa muncul isu hoga. Hoga adalah setan pencuri bayi yang keberadaannya berbau mitos.
Untung medsos belum marak. Jika tidak, pasti disertai banyak hoax yang membuat arus informasi kian kacau dan situasi makin tak pasti.
Koran masih jadi rujukan informasi. Edisi yang memuat pembunuhan itu laku bak kacang goreng. Dalam keadaan di mana opini kencang berembus, seorang wartawan harus bersikap skeptis.
Harus ada second opinion selain opini utama.
Saya terbiasa membaca novel Agatha Christi.
Ciri utama dari novel - novelnya adalah pelakunya orang yang tidak terduga.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.