Opini
Nasionalisme Generasi Muda dan Etika Bermerah Putih
AKSI penurunan bendera oleh adik-adik mahasiswa di depan kantor Bupati Majene, Sulawesi Barat, menjadi pelajaran penting bagi Indonesia
Untuk itu, diperlukan sikap nasional di satu sisi dan kebijaksanaan di sisi lain dalam memperlakukan simbol negara.
Dengan perlakuan kurang etis atas bendera nasional, terkesan generasi muda Majene tercerabut dari perjalanan sejarah bangsa ini sehingga lupa pada nilai dan pesan yang terkandung pada bendera merah putih.
Tentu tidak perlu memperlakukan pasal 66 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan dalam mereaksinya.
Baca juga: Seorang Pensiunan ASN Tikam Mantan Istri dan Anak Tiri, Terancam Lewati Masa Tua Dibalik Jeruji Besi
Baca juga: Sosok Hinsa Siburian, Eks Pasukan Elit Kopassus yang Kini Jabat Kepala BSSN, Peraih Adhi Makayasa
Tapi bagaimanapun, diperlukan upaya bersama, terutama dari pemerintah daerah Majene dan penegak-penegak hukumnya untuk melakukan bimbingan lebih lanjut agar para generasi muda Majene bisa membedakan antara aksi penyampaian aspirasi dan aksi penghormatan atas simbol negara.
Pemerintah daerah bersama dengan lembaga penegak hukum setempat perlu membangun sinergi dengan pihak institusi pendidikan khususnya perguruan tinggi di Majene dalam merevitalisasi semangat kebangsaan dan mengedepankan kembali signifikansi simbol-simbol kenegaraan kepada generasi muda.
Ini agar ke depan tidak terulang lagi aksi yang sama, yang justru tidak produktif untuk pembangunan mentalitas kebangsaan generasi muda di sana.
Jika tidak demikian, aksi tersebut akan menjadi preseden buruk di kemudian hari yang berpeluang untuk berepetisi di aksi-aksi yang sama di waktu mendatang.
Bahkan lama kelamaan boleh jadi akan dianggap sebagai hal yang biasa, yang kemudian berulang pada gerakan penyampaian aspirasi publik di seluruh Indonesia.
Risikonya, generasi muda akan semakin terjauhkan dari nilai dan pesan yang terkandung pada bendera merah putih di satu sisi dan tercerabut dari sejarah bangsanya sendiri di sisi lain. (*)