Keluarga Sajjad: Indonesia Membantu Kami Lebih daripada Negara Kami
Kebaikan yang mereka rasakan tidak hanya setahun melainkan sudah 20 tahun, yakni 20 tahun di Nusa Tenggara Barat dan 10 tahun di Manado.
Penulis: | Editor: maximus conterius
TRIBUNMANADO.CO.ID, MANADO - Sajjad Jacob (24), warga Afghanistan meninggal setelah membakar dirinya di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Manado, telah dimakamkan di pemakaman Muslim di Malendeng, Manado, Kamis (14/2/2019).
Banyak orang yang mengantarnya hingga ke pemakaman.
Amar Karim, keluarga korban mengungkapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mereka.
Sebagai warga yang lari dari negaranya, kedatangan mereka hanya untuk mendapatkan kedamaian. Indonesia dia anggap sebagai negara yang mampu memberi kedamaian itu.
"Kami pihak keluarga sangat berterima kasih atas bantuan masyarakat Indonesia," ujar Amar kepada Tribunmanado.co.id.
Baca: Selamat Jalan Sajjad!
Baca: Sajjad, Warga Afghanistan yang Bakar Diri Adalah Kader HMI Manado, Dia Terkenal Pemberani
Baca: 2 Warga Afganistan Bakar Diri, Kepala Rudenim Manado: Status Mereka Immigratoir
Baca: Cerita Sajjad, Pemuda asal Afganistan di Rudenim Manado soal Aksinya Bakar Diri

"Masyarakat Indonesia membantu kami lebih dari keluarga kami, lebih dari negara kami," ujar dia yang ditemani Yahya Jacob.
Dia menyebut, kebaikan yang mereka rasakan tidak hanya setahun melainkan sudah 20 tahun, yakni 20 tahun di Nusa Tenggara Barat dan 10 tahun di Manado.
"Karena masyarakat Indonesia kami bisa bernapas," ujarnya.
“Keluarga kami telah mendapatkan kehangatan yang diberikan masyarakat Indonesia selama ini. Kami berharap dukungan penuh dari Masyarakat Indonesia,” lanjut dia.
Amar berterima kasih atas bantuan selama masih di rumah sakit dan sampai pemakaman.
Tak lupa pula ia berterima kasih atas bantuan teman-teman dari Universitas Sam Ratulangi, tempat almarhum Sajjad menimba ilmu.
"Saya merasa sudah seperti keluarga sendiri, apa yang mereka berikan saya rasa lebih dari keluarga mereka sendiri," ujarnya.
Tonton videonya:
Baca: Sehari Sebelum Bakar Diri, Sajjad Posting Ini di Facebooknya, Statusnya Sudah Ratusan Kali Dibagikan
Baca: Sajjad, Warga Afganistan yang Bakar Diri Meninggal, Ini Tanggapan Kepala Rudenim Manado
Baca: 2 Warga Afganistan di Rudenim Manado Lakukan Bakar Diri, Sajjad: Kami Bukan Pembuat Kriminal
Diketahui, Sajjad Jacob (24) warga Afganistan di Rudenim Manado meninggal dunia, pada Rabu (13/2/2019) setelah aksi bakar diri yang dilakukannya pada Selasa (06/02/2019).
Lulusan Unsrat Manado ini menghebuskan napas terakhir setelah berjuang melawan derita luka bakar selama sepekan terakhir dirawat di RSUP Kandou.
Saat dirawat, Sajjad mengungkapkan aksi nekatnya tersebut karena petugas rudenim dan kepolisian memaksa masuk ke area kamarnya.
Aksi bakar diri tersebut membuat pamannya yang berada dekat ikut terbakar.
Sajjad mengungkapkan dia dan penghuni lain terus melakukan protes ke PBB terkait status mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Mereka unjuk rasa hingga mogok makan untuk mendapatkan status sebagai pengungsi sebelum dideportasi ke negara tujuan.
Dia merasa hidup di rudenim seperti dalam penjara.
"Selama ini PBB terlebih khusus UNHCR telah menginjak hak kami. Sebab selama 20 tahun ini mereka tidak pernah lanjuti janji mereka," ujar aktivis HMI ini saat ditemui di RSUP Kandou pada Sabtu (9/2/2019).
Atas aksi protes tersebut, dia dan keluarganya didatangi petugas dan kepolisian untuk digeledah.
Tampaknya sakit makin parah karena sudah menolak diwawancarai pada Minggu 9 Februari.
Dia mengaku kesakitan dengan luka-luka itu.
Baca: Sosok Oma Masje Ompi, Istri Mantan Bupati Bolmong yang Jasadnya Ditemukan Mulai Membusuk di Manado
Baca: Ingat Oma Martha? Wanita 82 Tahun di Minsel Menikah dengan Pemuda 28 Tahun, Ini Kabar Terbarunya

Kepala Rudenim Manado Arther Mawikere mengatakan status penghuni rudenim final reject atau ditolak sebagai pengungsi.
“Yang jelas status mereka final reject, dan sejak 01 Februari 2019 berada dalam pengawasan Imigrasi sesuai surat UNHCR 31 Januari 2019. Termasuk Internasional Organizations for Migrations yang telah memutus pemberian fasilitas mereka, oleh karena ulah dan perbuatan mereka yang menolak beberapa kali pihak UNHCR untuk menemui mereka. Sehingga status mereka adalah Immigratoir,” ujar Mawikere pada pekan lalu
Pihaknya meminta bantuan polisi untuk mengecek kamar para penghuni karena pagar menuju kamar sudah ditutup. Saat itulah Sajjad yang menolak digeladah melakukan aksi bakar diri.
Sayang, aksi nekad Sajjad yang gigih memperjuangkan nasibnya dan pencari suaka lain justru menyebabkan nyawanya hilang.
Sang pahlawan pencari suaka yang bergaul akrab dengan warga Manado ini sudah dimakamkan.
Kematian Sajjad meninggalkan duka, banyak protes pun dilayangkan warganet Manado terkait kematian Sajjad.
Sajjad dan keluarga memang sudah hampir 10 tahun tinggal di Manado setelah sebelumnya tinggal di NTB selama 10 tahun.

Alasan kemanusian tentu membuat banyak orang berempati atas peristiwa menimpa Sajjad. Namun, ada hukum internasional yang harus dipatuhi dalam perjuangan para pencari suaka tersebut.
Apalagi Indonesia bukan negara peratifikasi konvensi Wina tentang pengungsi. Sehingga tidak ada kewajiban untuk mengurus pengungsi.
Para pencari suaka tersebut hanya titipan yang kapanpun bisa dideportasi.
Kini, jenazah Sajjad sudah dimakamkan pada Kamis (14/2/2019). Banyak warga Manado bahkan aktivis yang datang memberikan penghormatan terakhir kepada Sajjad.
Para penghuni rudenim dan warga Manado mengenalnya pun akan terus merindukan sosok pemberani dan berpegang teguh pada kebenaran itu.
Selamat Jalan Sajjad!
TONTON JUGA: