Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Sejarah Tragedi Tanjung Priok, Massa Pendemo Dikepung Lalu Ditembak dengan Senjata Api dan Bazoka

Peristiwa berawal dari aksi demonstrasi yang dilakukan untuk mengkritik pemerintahan Orde Baru dan menuntut aparat agar membebaskan empat orang takmir

Editor: Rizali Posumah
KOMPAS/BAMBANG SUKARTIONO via Intisari Online
Suasana sekitar Tanjung Priok sesaat setelah aksi kerusuhan (13/9/1984). 

Demografi penduduk di Tanjung Priok cukup padat. Karena sebagian besar warganya juga bekerja di pelabuhan Tanjung Priok.

Umumnya mereka bekerja sebagai pedagang kecil.

Seperti penarik becak, atau berbagai pekerjaan kasar lainnya.

Memasuki tahun 1980-an, perekonomian Indonesia dihantam oleh krisis akibat anjloknya harga minyak dunia, sehingga membuat aktivitas di Tanjung Priok ikut terganggu.

Banyak dari mereka kemudian mengkritik pemerintahan Orde Baru dalam ceramah-ceramah di masjid.

Pada 7 September 1984, seorang anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) mendatangi Mushala As Sa'adah.

Anggota Babinsa itu meminta pengurus mushala untuk mencopot pamflet jadwal pengajian yang juga berisi tulisan tentang problem Islam pada masa Orde Baru.

Keesokan harinya, pada 8 September 1984, seorang anggota ABRI bernama Sertu Hermanu mendatangi mushala tersebut dan meminta pengurus menyerahkan pamflet yang dilepas.

Saat itu, Hermanu memasuki mushala tanpa melepas sepatu dan bahkan menyiramkan air got ke dinding.

Dilansir dari Kompas.com (29/6/2023), hal itu kemudian menyulut kemarahan masyarakat setempat dan membakar motor Hermanu.

Dua hari setelahnya, beberapa jamaah mushola As Sa'adah berpapasan dengan salah satu petugas koramil, rekan Sertu Hermanu dan sempat terjadi adu mulut.

Adu mulut ini kemudian ditengahi oleh dua orang takmir Masjid Baitul Makmur dan mengajak merundingkan masalah itu di sekretariat masjid.

Perundingan ternyata tidak kunjung membaik karena prajurit tersebut menolak menganggap masalahnya selesai.

Tak hanya itu, massa telah berkumpul dan mendengar percakapan di dalam sekretariat. Mereka kehilangan kesabaran dan membakar sebuah motor milik seorang marinir.

Atas pembakaran tersebut, kedua takmir masjid yang menengahi adu mulut, ditangkap bersama dua orang lainnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved