Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Skandal Akademik Guru Besar, Pertaruhan Etik, Moral dan Intelektual?

Dunia pendidikan kita hari-hari ini berduka karena rentetan skandal akademik yang terus terjadi di perguruan tinggi.

Editor: David_Kusuma
Dokumentasi Pribadi Adi Tucunan
Adi Tucunan (Pemerhati Pendidikan) 

Ini akan memutus juga mata rantai skandal memalukan dengan harus menjadi orang yang tidak jujur karena akan memanipulasi segala hal untuk mendapatkan jabatan akademik guru besar.

Masyarakat kita harus diminta untuk tidak terlalu memberikan penghormatan berlebihan pada mereka yang bergelar guru besar. Banyak sekali orang yang sudah pensiun tidak mengajar tapi masih dipanggil ‘Prof’. Ini tidak benar, harus dirubah cara pandang masyarakat yang melihat gelar itu sebagai kehormatan melebihi kompetensi.

Saya pikir di Indonesia, sebaiknya ada aturan yang tidak mengizinkan penggunaan sembarangan gelar guru besar, tapi hanya jika dia sedang menghasilkan karya ilmiah. Misalnya jika dia menulis tulisan ilmiah, barulah penyebutan gelar itu lebih tepat, tapi kalau berada di tengah masyarakat, guru besar tidak boleh disebutkan.

Guru besar adalah sebuah penghargaan yang diberikan kepada akademisi karena karya dan kapasitas berpikir dia terhadap ilmu yang dimilikinya, bukan karena berapa banyak jurnal atau semua syarat sudah dipenuhi. Bahkan jika dalam 1 atau 2 tahun seorang guru besar tidak bisa mempertahankan kualitas akademiknya, sebaiknya guru besarnya dicopot bukan dipertahankan sampai dia pensiun.

Perlu ada pakta integritas tertulis yang menyebutkan seorang guru besar harus menghasilkan karya-karya terbaik secara terus menerus. Pandangannya harus diketahui publik dengan sering menulis di media yang bisa diakses oleh publik.

Tidak perlu menjadi orang bergelar tinggi untuk dihormati, tapi mereka bisa memberikan sumbangan pikiran terbaik dan berperilaku secara etis dan moral yang tinggi, supaya intelektualitasnya terjaga dan dihormati secara penuh eksistensi dia sebagai ilmuwan dan pendidik.

Kita tidak perlu memberikan rasa hormat kepada mereka yang tidak jujur, yang hanya mau mencari reputasi serta gila hormat. Tapi kita bisa memberikan rasa hormat kepada mereka yang memiliki jabatan akademik professor tapi rendah hati tidak mau dipanggil dirinya professor tapi memberikan karya bagi bangsa dan negara. (*)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved