Ancaman Zoonosis di Sulut
Kisah Tini Kondoj, Penjual Hewan Ekstrim Pasar Kawangkoan Minahasa, Jarinya Sering Digigit Kelelawar
Tini Kondoj mengaku sering digigit kelelawar hampir setiap hari dan jari-jarinya nyaris jadi santapan kelelawar yang mengamuk.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Hanya saja, kata Tini, jika virus dari kelelawar itu menjangkiti manusia, ia beranggapan dirinya kemungkinan sudah meninggal dunia sejak lama, serta tidak akan berjualan daging ekstrem , termasuk kelelawar hingga puluhan tahun lamanya.
Baca juga: Ancaman Zoonosis di Balik Perdagangan dan Konsumsi Satwa Liar di Minahasa Sulawesi Utara
Ia bahkan mengaku sering digigit kelelawar hampir setiap hari dan jari-jarinya nyaris jadi santapan kelelawar yang mengamuk.
“Kelelawar itu kalau menggigit, mereka ganas sekali. Bahkan tidak mau melepas gigitannya, jadi kami kalau kena gigitan harus mengerahkan seluruh tenaga untuk berkelahi dengan kelelawar,” ungkap Tini sembari menujukkan seluruh jari bekas gigitan kelelawar.
Ketika digigit kelelawar, Tini mengaku dampaknya hanya terasa demam.
Ia akan meminum obat anti biotik dan panasnya akan segera turun.
Tini mengingat-ingat, sepanjang digigit kelelawar, ia tidak pernah sampai harus dilarikan ke rumah sakit. Kelelawar yang dijual Tini dan Berti adalah kelelawar hitam. Kelelawar itu dipasok Tini dari Sulawesi Tengah dan Gorontalo.
Setiap kali jualan, puluhan kilogram daging kelelawar laku terjual. Seperti yang terjadi pada Sabtu pagi itu. Tujuh puluh kilogram kelelawar ludes dalam waktu 3 jam.
Kalau saja masih ada stok 30 kilogram daging kelelawar, kata Tini Kondoj pagi itu mungkin bisa 100 kilogram paniki ludes terjual sebelum siang. Untuk harga yang dijual juga bervariasi. Mulai dari 70 ribu rupiah perkilogram dan 80 ribu rupiah perkilogram.
Dari amatan Tribun Manado, di sekitar Tini dan Berti menjual daging ekstrem, ada banyak yang jualan ikan, sayur, rempah-rempah, pakaian, sendal, dan alat-alat kebutuhan rumah tangga lainnya.
Semuanya bercampur di satu tempat. Sehingga penjagalan hewan seperti anjing di pasar tersebut menjadi pemandangan yang lumrah bagi pengunjung pasar, terutama anak-anak yang hendak membeli sendal atau kebutuhan lainnya.
Selain di Pasar Kawangkoan, para pedagang daging ekstrem juga banyak ditemui di Pasar Langowan.
Di Pasar Langowan, satu pedagang bisa menjual 50 kilogram sampai 100 kilogram daging kelelawar dalam waktu 5 sampai 6 jam.
Untuk satu kilogram berisi 2, 3 sampai 5 ekor daging kelelawar.
Namun paling sering untuk satu kilogram daging paniki itu berisi 3 ekor kelelawar utuh termasuk sayapnya.
Jika dikalkulasi, 100 kilogram daging paniki sama dengan 300 ekor kelelawar yang bisa dijual satu pedagang saja.
Penerapan Konsep One Health di Tengah Kebiasaan Masyarakat Sulut Menjual dan Mengonsumsi Satwa Liar |
![]() |
---|
Ternyata Hanya 3 Hewan ini yang Dimakan Leluhurnya Orang Minahasa, Ular dan Kelelawar Tak Termasuk |
![]() |
---|
Masyarakat Sulut Konsumsi 12 Ribu Ekor Kelelawar per Hari, Pengucapan dan Natal Capai 100 Ribu Ekor |
![]() |
---|
Minahasa Berpotensi Jadi Daerah Penyebar Penyakit, Minum Saguer, Jual dan Makan Paniki Jadi Pemicu |
![]() |
---|
Ancaman Zoonosis di Balik Perdagangan dan Konsumsi Satwa Liar di Minahasa Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.