Ancaman Zoonosis di Sulut
Kisah Tini Kondoj, Penjual Hewan Ekstrim Pasar Kawangkoan Minahasa, Jarinya Sering Digigit Kelelawar
Tini Kondoj mengaku sering digigit kelelawar hampir setiap hari dan jari-jarinya nyaris jadi santapan kelelawar yang mengamuk.
Penulis: Indry Panigoro | Editor: Indry Panigoro
Pukul si pria ke arah kandang anjing yang sudah usang dan mulai bolong-bolong disusul dengan suara lolongan anjing menyayat, seolah menangis menjemput kematian.
Suara tangisan anjing rupanya membuat fokus si ibu yang membakar kelelawar terganggu.
Si ibu yang ternyata bernama Tini Konjoj itu kemudian berdiri dari kursi plastik berwarna merah.
Dirinya kemudian membantu pria berkupluk tadi menarik kepala anjing menggunakan besi panjang yang sudah dibengkokkan.
Satu tarikan dari si ibu yang menjepit kepala anjing, dan satu pukulan si pria yang ternyata bernama Berti Sumampouw itu membuat anak anjing tak bisa bergerak lagi.
Darah merah agak kecoklatan melelah dari telinga, hidung dan mulut si anjing.
Anjing yang sudah tak bergerak itu kemudian diangkat dan diletakkan di samping kelelawar dan anjing lain yang sedari tadi mengantre giliran untuk dibakar.
Terlihat tak ada space khusus lagi di antara daging kelelawar dan hewan lainnya.
Hewan-hewan itu diletakkan di satu meja panjang. Hanya beberapa yang ditata,
kebanyakan hanya diletakkan begitu saja.
Tini Kondoj dan Berti Sumampouw ternyata pasangan suami istri. Sudah 30 tahun mereka berjualan daging ekstrim termasuk kelelawar.
Tini dan Berti Sumampouw adalah warga Tareran, Kabupaten Minahasa Selatan ( Minsel ), Sulut.

Di Pasar Kawangkoan ini mereka hanya berjualan setiap hari sabtu saja.
Sementara untuk jadwal lainnya: hari senin, rabu, kamis, jumat, dan minggu, sepasang suami istri ini berjualan keliling ke pasar-pasar lainnya di Minahasa, antara lain Pasar Tareran dan Pasar Langowan. Praktis dalam seminggu mereka hanya istirahat tidak berjualan di hari selasa.
Saat disinggung soal zoonosis, Tini Kondoj mengaku awam dengan istilah tersebut. Namun kalau soal informasi bahwa kelelawar memiliki virus, Tini pernah mendengarnya terutama ketika virus Covid-19 sedang melanda dunia, tak terkecuali di Minahasa.
Penerapan Konsep One Health di Tengah Kebiasaan Masyarakat Sulut Menjual dan Mengonsumsi Satwa Liar |
![]() |
---|
Ternyata Hanya 3 Hewan ini yang Dimakan Leluhurnya Orang Minahasa, Ular dan Kelelawar Tak Termasuk |
![]() |
---|
Masyarakat Sulut Konsumsi 12 Ribu Ekor Kelelawar per Hari, Pengucapan dan Natal Capai 100 Ribu Ekor |
![]() |
---|
Minahasa Berpotensi Jadi Daerah Penyebar Penyakit, Minum Saguer, Jual dan Makan Paniki Jadi Pemicu |
![]() |
---|
Ancaman Zoonosis di Balik Perdagangan dan Konsumsi Satwa Liar di Minahasa Sulawesi Utara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.