Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Adrian Paruntu-Hillary Lasut Legislator Termuda di Senayan, Liando: Jangan Bikin Malu

Terkait usia yang masih muda, Hillary mengaku siap membuktikan, menjawab keraguan dengan kinerja.

tribun manado/alex taroreh
Hillary Lasut dan Adrian Paruntu 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menetapkan 575 anggota DPR RI terpilih periode 2019-2024, Sabtu (31/8/2019).

Sulawesi Utara menempatkan dua legislator muda, Adrian Jopie Paruntu (Golkar, 25 tahun) dan Brigitta Lasut (Partai Nasdem, 23 tahun) di Senayan bersama empat legislator lainnya.

KPU mengumumkan, dari 16 partai politik yang mendapat suara, hanya sembilan di antaranya yang lolos ambang batas parlemen atau menempatkan wakilnya di Senayan.

Penetapan tersebut dibacakan Ketua KPU Arief Budiman didampingi seluruh komisioner KPU, juga dihadiri Bawaslu, Komisi II, hingga parpol peserta pemilu di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat.

Partai politik yang lolos parliamentary threshold (ambang batas parlemen) hanya sembilan, sedangkan tujuh lainnya tidak lolos alias gagal masuk parlemen.

"Jumlah seluruh suara perolehan parpol yaitu 139.970.810, ambang batas 4 persen sebesar 5.598.832," kata Arief Budiman.

Berdasarkan hasil rekap suara, kursi terbanyak diperoleh PDIP dengan jumlah sebanyak 128 kursi.

Selanjutnya di posisi kedua ada Partai Golkar dengan 85 kursi, disusul Partai Gerindra dengan raihan 78 kursi.

Pemilik kursi paling sedikit adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan 19 kursi.

Sedangkan PSI, Berkarya, Hanura, PBB, Perindo, PKPI, dan Garuda gagal melewati ambang batas.

Kemenangan PDIP di parlemen juga diikuti dengan perolehan suara tertinggi empat kadernya dalam daftar 10 calon peraih suara terbanyak.

Mereka adalah Puan Maharani dari daerah pemilihan Jawa Tengah V dengan 404.034 suara, Cornelis (Dapil Kalimantan Barat I) dengan 285.797 suara, Rano Karno (Dapil Banten III) dengan 274.294 suara, dan I Made Urip (Dapil Bali) dengan 255.130 suara.

Adapun tujuh legislator peraih suara terbanyak lainnya, yakni Hidayat Nur Wahid (PKS, Dapil DKI Jakarta II) dengan 281.372 suara, Roberth Rouw (Nasdem, Dapil Papua) dengan 274.426 suara.

Lalu Edhie Baskoro Yudhoyono (Demokrat, Dapil Jawa Timur VII) dengan 263.510 suara, Imron Amin (Gerindra, Jawa Timur XI) dengan 242.437 suara.

Juga Fadli Zon (Gerindra, Jawa Barat V) dengan 230.524 suara dan Achmad Baidowi (PPP, Jawa Timur XI) dengan 227.170 suara.

Baca: PDI Perjuangan Raih Kursi Terbanyak, Berikut Hasil Lengkap Perolehan Kursi DPR RI 2019-2024

Baca: Polemik Pengadaan Pin Emas bagi Anggota DPR RI, Pengamat: Sibuk Urusan Simbol Tapi Lupa Substansi

"Penetapan dilakukan setelah KPU menindaklanjuti putusan MK (Mahkamah Konstitusi)," ujar Arief.

Selanjutnya, KPU akan mengusulkan calon terpilih untuk pengambilan sumpah janji kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Mahkamah Agung (MA).

Selain para politisi, ada sujumlah artis yang lolos melenggang ke Senayan, antara lain penynyi Krisdayanti (PDI Perjuangan), Muhammad Farhan (Partai Nasdem), dan Tommy Kurniawan (PKB).

Ada juga nama-nama yang telah tercatat sebagai legislator di Senayan di periode sebelumnya yaitu Rieke Dyah Pitaloka (PDI Perjuangan), Rachel Maryam (Partai Gerindra), dan Dessy Ratnasari (PAN).

Anggota DPR dari kalangan selebrita ini paling banyak berasal dari PAN.

Di antara para legislator terpilih tersebut, ada lebih dari 20 anggota yang berusia di bawah 30 tahun.

Dua di antaranya dari Sulawesi Utara, yakni Adrian Jopie Paruntu dari Partai Golkar. Pria 25 tahun tersebut mendapat suara 70.621.

Kemudian Hillary Brigitta Lasut dari Partai Nasdem yang masih berusia 23 tahun. Hillary lolos ke Senayan dengan jumlah 70.345 suara.

Baca: Hasil Final DPR RI Dapil Sulut, AJP atau Jerry Sambuaga yang Lolos ke Senayan? Ini Hasilnya

Baca: Hasil Final DPR RI Dapil Sulut, JWS atau Hillary Lasut Pemenang Kursi ke 6? Ini Hasilnya

Kebanggaan Sulut

Enam anggota DPR RI berasal dari Sulut. Mereka yakni Adriana Dondokambey, Vanda Sarundajang, dan Herson Mayulu dari PDIP, lalu Felly Runtuwene dan Hilary Lasut (Nasdem), dan Adrian Jopie Paruntu (Golkar).

Hanya Vanda Sarundajang berstatus petahana.

Kepada Tribun Manado, Adrian Paruntu yang akrab disapa AJP mengaku bersyukur kepada Tuhan karena sudah melalui tahapan demi tahapan pemilu hingga sampai pada pleno penetapan.

"Bersyukur kepada Tuhan Yesus, karena hanya karena perkenananNya sehingga saya boleh dipilih dan meraih suara terbanyak di internal Partai Golkar dalam Pemilu 2019," kata dia.

AJP berterima kasih juga kepada seluruh masyarakat Sulut karena sudah memercayakan dirinya menjadi wakil rakyat di pusat.

Anak dari Bupati Minahasa Selatan (Minsel) Christiany Eugenia Paruntu ini yakin dengan penetapan KPU RI ia optmistis dapat melaksanakan tugas dengan baik selama lima tahun ke depan.

Baca: Jerry Sambuaga Cabut Gugatan di MK, Fokus Gugat AJP di Mahkamah Partai Golkar

Baca: Putusan Bawaslu RI Tak Pengaruhi Posisi AJP

"Masuk dalam 10 besar anggota termuda merupakan kebanggan saya dan kaum milenial Indonesia, khususnya Sulut. Seperti yang dikatakan Pak Jokowi bahwa milenial harus memberi kontribusi besar membangun bangsa," tambah dia.

Ia yakin juga walaupun masih berumur 25 tahun, tapi bisa memberi andil besar dalam program-program pemerintah pusat ke depannya.

Soal kontribusinya bagi Sulut, AJP mengatakan akan bekerja sesuai visi dan misinya selama menjadi caleg Golkar di antaranya mengaktifkan kelompok tani dan gapoktan yang ada di desa, menjalin kerja sama dengan Dinas Pertanian, Perikanan, Peternakan, dan Perhutanan.

Selain itu, ia ingin menjaga dan melestarikan kesenian lokal yang ada serta budaya Asli Sulawesi utara dan memperhatikan kalangan bawah tanpa mengharap apapun.

Target lainnya yang ingin ia wujudkan, memberi pelatihan kerja dan membantu kaum muda putus sekolah/pengangguran/belum bekerja untuk mengembangkan kreativitas dan memberikan lapangan pekerjaan melalui aspirasi, serta pengembangan minat dan bakat kaum muda milenial.

Ucapan syukur juga keluar dari mulut Hillary Lasut pasca ditetapkan sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024.

Baca: Hillary Lasut Raih Gelar Master Of Law di Amerika Serikat, Ini Suka Duka Kuliah di Negeri Paman Sam

Baca: Berpeluang Rebut Kursi DPR RI, Hillary Lasut: Tidak Ada yang Mustahil bagi Tuhan

HBL, demikian inisial populernya di dunia politik, tinggal menunggu pelantikan pada September yang sudah di depan mata.

“Bersyukur kepada Tuhan Yesus karena semua cuma Kasih Karunia Tuhan," kata Hillary kepada Tribun Manado.

Ia mengatakan, tidak mungkin masyarakat tergerak memilihnya tanpa kuasa Ilahi.

"Karena saya maju tanpa money politics," kata putri semata wayang Elly Lasut dan Telly Tjanggulung ini.

Duduk di DPR RI, kata dia, adalah tanggung jawab besar baginya. Ia bertanggung jawab kepada seluruh rakyat Indonesia dan Sulut.

"Terlebih khusus pada 70 ribu lebih masyarakat Sulut yang memberikan suaranya untuk saya," katanya.

Ia berharap bisa segera bertugas di lembaga legislatif tertinggi di Indonesia itu.

"Saya tidak sabar untuk menunjukkan bahwa mereka tidak salah memilih saya," kata Hill yang maju menggunakan kendaraan Partai Nasdem.

Jika duduk di DPR RI nanti, ia berharap bisa tergabung ke Komisi III. Alasannya, sesuai latar belakang akademiknya, hukum.

"Atau Komisi X untuk pendidikan. Alasannya tentu agar bisa mendukung masalah-masalah terkait pendidikan pengembangan sumber daya manusia di Sulut," katanya.

Baca: Milenial Sulut Melek Politik: Elly Sempat Menentang Hillary Nyaleg

Baca: Tetty Sebut AJP Caleg Mandiri: Vicky-Sehan Andalkan Cristo-Amalia, Elly Dampingi Hillary

Terkait usia yang masih muda, Hillary mengaku siap membuktikan, menjawab keraguan dengan kinerja.

"Presiden Jokowi pernah bilang, anak-anak muda itu sangat dibutuhkan di pemerintahan karena Indonesia sangat membutuhkan pelayan masyarakat yang bekerja cepat, fleksibel, dinamis, dan cepat eksekusi," katanya.

Menurutnya, apa yang dikatakan Presiden Jokowi itu paling mudah didapatkan dari anak muda.

"Anak muda tidak menawarkan pengalaman dan masa lalu, kami datang menawarkan masa depan dan semangat idealisme," katanya.

Ia yakin masyarakat melihat harapan dan kesempatan untuk membuat restorasi perubahan ketika memilih anak muda.

"Masyarakat harus membuka hati untuk bisa memberikan kami kesempatan, kalau tidak kapan kami bisa membuktikan," ujar pemilik gelas magister hukum ini.

Lagipula, katanya, anak-anak muda tidak datang dengan tangan kosong.

"Saya pribadi sebelum maju memberi diri buat masyarakat, berusaha untuk menempuh pendidikan dan mengambil bekal ilmu setinggi-tingginyanya agar punya kelebihan tersendiri jika disandingkan dengan yang punya pengalaman," katanya lagi.

Hillary cukup percaya diri di depan masyarakat dengan kualitas yang ada dalam diri.

"Karena kalau soal ketulusan hati untuk memberi diri mengabdi buat masyarakat, saya berani diadu dengan yang senior," katanya lugas.

Baca: Bila Olly Dondokambey Jadi Menteri, Herson Mayulu Siap Lepas Jabatan DPR RI untuk Maju Pilgub 2020

Baca: Anggota DPR RI Terpilih, Adrian Paruntu: Terima Kasih Masyarakat Sulawesi Utara

Tanggung jawab moril

Ferry Daud Liando, pengamat politik dari Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, mengatakan, masyarakat Sulut tentu berharap besar akan ada perubahan dari DPR yang lalu.

Jabatan di DPR itu bukan hadiah yang hanya bisa dinikmati sendiri.

"Mereka punya tanggung jawab moril untuk membuktikan apa yang pernah mereka janjikan," kata dia.

Ia menekankan, harus ada kesadaran untuk menjadi bagian terpenting untuk membantu masyarakat melalui jabatan yang mereka emban.

"Karena mereka sudah jadi pejabat nasional maka mereka harus punya prestasi," kata dia.

Selain itu, mereka jangan bikin malu rakyat Sulut dan jangan juga menjadi beban bagi negara.

Ucapan Liando merujuk pada kasus korupsi yang melibatkan Anggota DPR RI asal Sulut, Anugrah Aditya Moha yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas perkara suap di Pengadilan Tinggi Sulawesi Utara.

"Jangan hanya terjebak pada rupa-rupa fasilitas yang akan diberikan oleh negara, tetapi harus ada jiwa untuk ikut merasakan apa yang sedang dialami masyarakat saat ini," kata dia.

Baca: 8 Anggota DPRD Asal PSI Pilih Pakai Pin Kuningan daripada Pakai Pin Emas, Ini Kata Tsamara Amany

Baca: Anggota DPRD Ini Spontan Berikan Semua Uang yang Ada di Tasnya kepada Korban Kebakaran

Adapun Max Rembang, pengamat politik dari Unsrat, menyebut sebagai catatan sejarah perpolitikan Sulut, periode baru ini ada dua legislator yang sangat belia

“Mereka patut diapresiasi, namun bagaimana kiprah mereka nanti masih memunculkan keraguan,” kata dia.

Ia menjelaskan, keraguan muncul wajar saja karena Provinsi Sulut sudah menikmati 'euforia' figur-figur DPR RI yang kiprahnya mencolok serta berkualitas sebagai anggota DPR RI.

Dulu ada Olly Dondokmbey yang sempat menjabat Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI, dan Yasti Soepredjo yang menjabat Ketua Komisi V DPR RI.

Pengganti Yasti, Bara Hasibuan pun tak kalah tajinya di Senayan. Ada pula EE Mangindaan menjabat Wakil Ketua MPR.

“Figur-figur ini kiprahnya di nasional luar biasa. Sulut berkibar di DPR RI. Bahkan ikut memengaruhi arah keputusan lembaga terhormat,” kata Max.

Meski ada nada pesimistis yang muncul, lanjut dia, ini harusnya jadi motivasi melecut semangat para wakil rakyat terpilih ini untuk membuktikan diri, minimal bisa menyamai kiprah, bahkan kalau bisa melampaui.

“Khusus pendatang baru yang belum berpengalaman secepatnya beradaptasi dan belajar banyak. Di DPR RI itu arena pertarungan kualitatif,” tekannya.

BERITA POPULER:

Baca: 10 FAKTA Pembunuhan Rindy Rondonuwu, Polisi Beber Soal Sosok Wanita yang Diduga Jadi Pemicu

Baca: Jatuh Cinta Dengan Ganja, Si Leher Beton Sampai Pakai Jasa Ilmuwan Amerika Kembangkan Manfaat Ganja

Baca: 2 Alasan Kuat Papua Tidak Bisa Referendum Keluar dari NKRI, Singgung Wilayah Teritorial hingga Hukum

Apa yang kemudian dituntut dari seorang wakil rakyat? Max menyebut, kata ‘parlemen’, kurang lebih artinya bicara.

Menurut dia, salah satu kritik pedas anggota Dewan, ada yang tak bisa bicara. Tak sekadar bicara, tapi punya nilai kritis, argumentatif, dan solutif.

Itu pun tak cukup, seorang wakil rakyat dituntut memahami tupoksi.

“Dunia perpolitikan ini tidak gampang, pertarungan di sini luar biasa, tak hanya sesama parpol tapi dengan mitra kerja pemerintah yang sudah makan asam garam,” kata dia.

Pertarungan dimaksud, bagaimana meloloskan aspirasi masyarakat.

Seorang wakil rakyat harus memiliki personal influence (kemampuan memengaruhi). Belum cukup itu saja, seorang wakil rakyat harus punya kemampuan lobi bahkan negosiasi.

Khusus kemampuan ini tak didapat instan tapi karena memiliki pengalaman dan telah berhasil membentuk jejaring.

“Paling penting juga integritas. Tak sedikit wakil rakyat saat ini ditangkapi KPK karena terindikasi korupsi,” kata dia. (*)

Baca: KWI Ajak Umat Berdoa untuk Kedamaian Papua, Ini Isi Doanya

Baca: Sosok Welin Kusuma Peraih 32 Gelar Akademik, Hobi Kuliah hingga Pecahkan Rekor, Namanya Jadi Panjang

Baca: Sandiaga Uno Diusir dan Ditampar Prabowo Subianto? Ini Pengakuan Terbuka Wagub Jakarta ke 30

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved