Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Mbah Moen Meninggal

Ahok Berduka dengan Wafatnya Mbah Moen: Sungguh Kehilangan

Ahok mengunggah ungkapan duka cita itu pukul 11.22 WIB dan langsung mendapat ratusan tanggapan dari warga melalui akun media sosialnya

Editor: Rhendi Umar
Kolase Tribun Manado/Foto: Istimewa
Ahok dan Mbah Moen 

TRIBUNMANADO.CO.ID - KH Maimun Zubair atau yang dikenal Mbah Moen telah dipanggil Sang Pencipta.

Berbagai ucapan dukacita disampaikan kepada Ulama Kharismatik ini.

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok turut menyampaikan duka cita.

"Sungguh kehilangan yang sangat besar bagi bangsa Indonesia," tulis Ahok melalui akun Twitter @basuki_btp, Selasa siang, seperti dikutip Antara.

Ahok mengunggah ungkapan duka cita itu pukul 11.22 WIB dan langsung mendapat ratusan tanggapan dari warga melalui akun media sosialnya.

Sementara itu, Amirul Hajj Lukman Hakim Saifuddin di RS An Noer Mekkah mengatakan, rencananya jenazah ulama yang akrab disapa Mbah Moen itu akan disemayamkan di Kantor Urusan Haji Indonesia, Daerah Kerja (Daker) Mekkah.

"Sekarang jenazah di Rumah Sakit An Noer untuk menunggu penyelesaian administratif. Mudah-mudahan sebelum jenazah dimandikan jenazah bisa disemayamkan di Kantor Daker Mekkah. Masih terus kami upayakan," katanya.

Profil Mbah Moen

Mbah Moen merupakan Pimpinan Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan hingga ia wafat.

Ia pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama 7 tahun.

Setelah berakhirnya masa tugas, ia mulai berkonsentrasi mengurus pondok pesantrennya.

Baca: Sakit Tenggorokan Memang Menjengkelkan, Yuk, Coba Lima Cara Ini untuk Mengatasinya

Baca: 11 Pemain Indonesia Berpredikat Unggulan pada Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019

Baca: TERUNGKAP Kronologi Kasus Pembunuhan Gadis Cantik Alumni IPB, Pelaku Tega Habisi Korban Karena Ini

Tapi rupanya tenaga dan pikiran ia masih dibutuhkan oleh negara sehingga ia diangkat menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.

Sejak kecil dikenal sebagai anak yang taat akan agama. Pada tahun 1945 beliau bertolak ke Kota Kediri untuk mengasah ilmunya di Pondok Lirboyo, Jawa Timur yang pada saat itu di bawah pengasuhan KH Abdul Karim, KH Mahrus Ali dan KH Marzuki.

Selama lima tahun, beliau terus mengasah ilmu agama di Pondok Lirboyo.

Sampai akhirnya, Mbah Moen mendirikan Pondok Pesantren yang sekarang dikenal dengan nama Al-Anwar,

Kemudian sekitar tahun 2008, kembali mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar 2 di Gondan Sarang Rembang, yang kemudian oleh beliau dipasrahkan kepada putranya KH Ubab Maimun.

Kelahiran Mbah Moen

Beliau adalah putra pertama dari Kyai Zubair. Dilahirkan di Karang Mangu Sarang hari Kamis Legi bulan Sya'ban tahun 1347 H atau 1348H atau 28 Oktober 1928.

Siapapun zaman itu tidaklah menyangsikan, bahwa ayahnda Kyai Maimoen, Kyai Zubair, adalah murid pilihan dari Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky.

Dari ayahnya, beliau meneladani ketegasan dan keteguhan, sementara dari kakeknya beliau meneladani rasa kasih sayang dan kedermawanan.

Kasih sayang terkadang merontokkan ketegasan, rendah hati seringkali berseberangan dengan ketegasan.

Namun dalam pribadi Mbah Moen, semua itu tersinergi secara padan dan seimbang. Kerasnya kehidupan pesisir tidak membuat sikapnya ikut mengeras.

Baca: Tak hanya Ancaman Gempa Megathrust, Krisis Air Diprediksi Landa Jawa 2040

Baca: Coba Tips Ini Agar Roti Tawar Bisa Tahan Lebih Lama

Baca: Mafia Properti Raup Rp 214 Miliar dalam 4 Bulan, Hasilnya untuk Beli Jam Tangan hingga Mobil Mewah

Baca: Isu Olly Masuk Bursa Menteri BUMN Bukan Isapan Jempol: Begini Analisanya

Baca: Keluar Keringat saat Demam Patokan Akan Sembuh? Ini yang Sebenarnya Terjadi

Baca: Ini Manfaat Semangka bagi Tubuh, Tak Sekadar Manis dan Menyegarkan

Riwayat Hidup dan Keluarga

Mbah Moen adalah kyai sepuh karismatik yang sering menjadi tumpuan permasalahan besar kebangsaan dan dunia internasional.

Rakyat, santri, semua lapisan masyarakat, dan tokoh masyarakat, serta pejabat pemerintahan merasa dekat kepada beliau dan selalu memperoleh solusi terbaik.

Sesi-sesi penting seperti pemilihan presiden Indonesia tahun 2019 ini menjadi bukti bahwa ulama menjadi tumpuan permasalahan kebangsaan.

Para ulama sepuh mendaulat beliau sebagai waliyullah akhir zaman yang menjadi patok penerang batin seluruh umat.

Pendidikan

Kematangan ilmunya tidak ada satupun yang meragukan. Sebab sedari balita ia sudah dibesarkan dengan ilmu-ilmu agama.

Sebelum menginjak remaja, beliau diasuh langsung oleh ayahnya untuk menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain.

Kecemerlangan demi kecermelangan tidak heran menghiasi langkahnya menuju dewasa.

Pada usia yang masih muda, kira-kira 17 tahun, Beliau sudah hafal diluar kepala kiab-kitab nadzam, diantaranya Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotut Tauhid, Sullamul Munauroq serta Rohabiyyah fil Faroidl.

Seiring pula dengan kepiawaiannya melahap kitab-kitab fiqh madzhab Asy-Syafi’I, semisal Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab dan lain sebagainya.

Berikut biodata Mbah Moen

Tempat Lahir   : 28 Oktober 1928, Rembang

Tempat tinggal : Pondok Pesantren Al-Anwar

Kebangsaan      : Indonesia

Nama lain          :Mbah Moen, Maimoen

Suku                   : Jawa

Pendidikan        : Lirboyo

Pekerjaan          : Pimpinan Pondok Pesantren

Organisasi         : Nahdlatul Ulama

Partai politik     : Partai Persatuan Pembangunan.

Agama               : Islam.

Anak                  : KH Abdullah Ubab, KH Gus Najih, KH Majid Kamil, Gus Abdul Ghofur, Gus Abdur Rouf, Gus Muhammad Wafi, Gus Yasin, Gus Idror, Sobihah, Rodhiyah

Orang tua          : Kyai Zubair

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ahok Sampaikan Duka Wafatnya KH Maimun Zubair

SUBSCRIBE YOUTUBE TRIBUNMANADO TV:

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved