Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Info Kesehatan

Jangan Abaikan Kepadatan Tulang Anak, Ini Dampaknya Menurut IDAI

Orang tua sering kali hanya fokus pada tinggi badan, padahal struktur dan kepadatan tulang memiliki peran jangka panjang yang tidak kalah penting.

Editor: Alpen Martinus
Tribun news
ANAK: Ilustrasi anak sekolah. Jangan abaikan kepadatan tulang anak. 

Ia mengawali dengan menjelaskan bahwa tulang bukan sekadar rangka tubuh. 

Tulang memiliki struktur kompleks terdiri dari diafisis, metafisis, epifisis, dan growth plate  yang menjadi pusat pertumbuhan panjang.

“Anak akan masih bisa tumbuh kalau lempeng pertumbuhannya masih terbuka,” jelasnya pada Seminar Media yang diadakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia di Jakarta, Minggu (16/11/2025). 

Pada masa pertumbuhan, tulang anak mengalami bone modeling, yaitu bertambah panjang sekaligus bertambah tebal. 

Hal ini hanya terjadi pada anak dan remaja. Setelah dewasa, proses berubah menjadi remodeling, tanpa peningkatan panjang atau tinggi badan.

Yang sering tidak disadari, tulang tidak hanya bertambah ukuran, tetapi juga bertambah densitas. 

Peningkatan densitas terbesar terjadi saat remaja dan mencapai puncak pada usia 20 hingga 30 tahun. 

Setelah itu, kepadatan secara alami menurun.

Karena itu, masa anak dan remaja menjadi fase krusial membangun “tabungan tulang” untuk masa tua. 

Frida mengilustrasikannya dengan perbandingan sederhana mengenai puncak kepadatan tulang (peak bone mass). 

Jika puncaknya rendah karena kurang sinar matahari, vitamin D, kalsium, atau olahraga, maka cadangan masa depan menjadi sedikit, mirip seseorang yang menabung jauh lebih kecil dari kebutuhan di hari tua.

Ia menegaskan bahwa faktor yang bisa dioptimalkan mencakup nutrisi, paparan matahari, olahraga, hormon pubertas yang normal, hingga kondisi medis kronik yang harus diperhatikan sejak dini.

Di fase remaja, hormon estrogen dan testosteron sangat berperan. Jika terganggu, pertumbuhan tulang dapat tidak optimal.

“Estrogen pada anak perempuan, testosteron pada anak laki-laki, merupakan anti-osteoporotik yang paling kuat,” ujar Dr. Frida.

Selain nutrisi dan hormon, olahraga juga terbukti meningkatkan kekuatan tulang melalui tekanan mekanik pada struktur tulang

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved