Info Kesehatan
Jangan Abaikan, Ini Penyebab Dominan Terjadinya Gangguan Kesehatan Mental
Banyak remaja terlihat ceria di media sosial, aktif di sekolah, dan punya banyak teman, tapi diam-diam menyimpan perasaan cemas
Ringkasan Berita:1.Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain.2.Banyak remaja terlihat ceria di media sosial, aktif di sekolah, dan punya banyak teman, tapi diam-diam menyimpan perasaan cemas, takut gagal, atau kehilangan arah.3.PBB menilai, ini bukan sekadar persoalan pribadi, tapi krisis global yang butuh aksi lintas sektor.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Kesehatan mental perlu mendapatkan banyak perhatian, khususnya dari orang tua ke anak.
Belakangan banyak anak yang terkena gangguan kesehatan mental.
Bahkan kini seorang bocah saja sudah bisa terkena gangguan kesehatan mental tersebut.
Baca juga: Benarkah Pola Makan Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental? Ini Penjelasannya!
Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta menjalin hubungan positif dengan orang lain.
Masalah kesehatan mental harus mendapatkan perhatian khusus.
Kalimat “aku capek tapi nggak tahu capek kenapa” makin sering terdengar dari bibir remaja masa kini.
Bukan hanya lelah fisik, tapi juga lelah batin. Dunia serba cepat, media sosial yang menuntut kesempurnaan, dan tekanan akademik yang tinggi membuat banyak remaja tumbuh dalam situasi penuh tekanan.
Hal ini ternyata juga jadi perhatian serius badan-badan dunia.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis UNESCO, UNICEF, UNYO, dan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada Kamis (7/11/2025), disebutkan bahwa 1 dari 7 remaja dunia mengalami gangguan kesehatan mental, dan sebagian besar belum mendapat penanganan apa pun.
“Secara global, sekitar 14,3 persen anak usia 10–19 tahun mengalami gangguan kesehatan mental, namun sebagian besar masih belum terdiagnosis dan belum tertangani,” tulis pernyataan yang dilansir dari website resmi WHO, Minggu (9/11/2025).
Banyak remaja terlihat ceria di media sosial, aktif di sekolah, dan punya banyak teman, tapi diam-diam menyimpan perasaan cemas, takut gagal, atau kehilangan arah.
Beberapa studi bahkan menunjukkan tren meningkatnya kecemasan dan depresi di usia 10–24 tahun
Terutama akibat tekanan akademik, perubahan iklim sosial, dan penggunaan media digital yang berlebihan.
PBB menilai, ini bukan sekadar persoalan pribadi, tapi krisis global yang butuh aksi lintas sektor.
| Jangan Abaikan Tumbuhan Sirih Cina, Berikut Manfaatnya untuk Tubuh |
|
|---|
| Cara Cegah Kanker Berdasarkan Penelitian Ahli di Harvard: Jalan Kaki, Cukup 5 Jam per Minggu |
|
|---|
| Jangan Abaikan Bahaya Gigitan Kelabang, Berikut 8 Cara Mudah Membasmi |
|
|---|
| Terungkap Manfaat Jalan Kaki 15 Menit Setelah Makan, Rahasia Sehat yang Sering Diabaikan |
|
|---|
| Apa Itu Influenza A? Bukan Cuma Flu Biasa, Berikut Bahaya dan Cara Penanganannya |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/171124-mahasiswa-stres.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.