Catatan Wartawan
Kacang Anti Kamboja
Willy dan Brenda lebih pas jadi bintang film atau foto model idola remaja. Tapi kedua pasangan ini menjalani profesi yang tak biasa.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Jualan kacang rebus pada malam hari di pusat kota Manado tentu mengandung resiko.
Tingkat kriminalitas di Manado cukup tinggi.
Pencurian, kekerasan, rudapaksa hingga pembunuhan sudah akrab di telinga warga Manado.
Pelaku kejahatan mengincar warga, apalagi yang bekerja di malam hari. Tapi ia tak kuatir.
"Ada suami yang setia menemani," katanya.
Meski demikian, aku dia, ada saja pelanggan pria yang coba menggodanya.
"Meski itu hanya biasa saja, iseng," kata dia. Seorang pria muncul dari arah TKB. Dialah Willy. Ganteng.
Jika dihitung skala kegantengannya, mungkin 8 dari 10.
Sikap Willy sebelas dua belas dengan istrinya.
Sama - sama ramah. Hanya dia lebih terbuka.
Di tangan Willy ada bungkusan berisi minuman. Dia menyerahkannya pada Brenda.
Menjual kacang rebus adalah pekerjaan sulit. Mereka musti tahan berdiri berjam - jam, menghadapi berbagai macam karakter pembeli plus hawa dingin yang menusuk tulang.
Tapi kebersamaan keduanya membuat pekerjaan itu terasa mudah.
Lagak kedua pasutri ini lebih mirip orang pacaran sambil jualan.
Ditanya alasan memilih jadi penjual kacang, Willy menjawab dengan blak - blakan, tanpa ada kesan untuk membuatnya dramatis.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.