Breaking News
Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Jika Ragu Tinggalkan, Jika Yakin Lakukan

Kebaikan itu bersifat fitrawi sehingga membawa pada ketenangan batin, sementara keburukan itu berlawanan dengan fitrah

Kolase/HO
OPINI - Tulisan opini dari Dr Muhammad Tahir Alibe, Dosen IAIN Manado. Jika Ragu Tinggalkan, Jika Yakin Lakukan. 

Penulis: 

Dr Muhammad Tahir Alibe
Dosen IAIN Manado

SAYA ingin memulai tulisan sederhana ini dengan mengutip hadis dari Nabi saw. 

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ؛ الحَسَنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ؛ سِبْطِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ وَرَيحَانَتِهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا؛ قَالَ: حَفِظْت مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ: «دَعْ مَا يُرِيبُكَ إلَى مَا لَا يُرِيبُكَ». رَوَاهُ النَّسَائِيُّ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَسَنٌ صَحِيحٌ

Artinya: Dari Abu Muhammad al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib cucu kesayangan Rasulullah saw ra telah berkata: Aku mendengar dari Rasulullah saw bersabda: Tinggalkan sesuatu yang membuatmu ragu kembali kepada sesuatu yang membuat tidak ragu. (HR. Tirmidzi dan an-Nasai. Tirmidzi berkata: hadis ini Hasan Shahih). 

Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib adalah cucu kesayangan Rasulullah saw yang merupakan sayyidu syabab al-Jannah (Junjungan Pemuda Surga). Artinya beliau sudah dijamin masuk surga oleh Rasulullah saw.

Dalam catatan Sejarah, beliau syahid ditangan istrinya sendiri, dengan meracuni suami atas perintah Muawiyah bin Abi Sofyan. 

Pada umumnya shighat tahammul wal ada’ bentuk penerimaan dan periwayatan hadis menggunakan sami’tu, qara’tu, anba’an. Haddatsana. Namun dalam periwayatan hadis ini menggunakan simbol hafizhtu (saya telah menghafal).

Kemungkinan mengandung makna bahwa periwayatan ini sangat kuat atau bisa jadi riwayat ini bil lafzhi (berdasarkan lafz langsung dari Nabi saw). 

Hadis ini masuk hadis ke-11 dalam kitab hadis arbain karya Imam Nawawi yang sangat familiar dan dapat dijadikan hujjah. Bahkan dengan hadis ini menjadi kaidah tersendiri terhadap amalan ibadah baik yang bersifat individu maupun sosial. 

Tinggalkan sesuatu yang meragukan, dan lakukan yang meyakinkan. Hadis ini ada kaitannya dengan hadis tentang syubhat. Sifat ragu-ragu adalah bagian dari ihtiyath (kehati-hatian) terhadap sesuatu. 

Sifat ragu-ragu dalam dunia akademik merupakan hal yang penting sebab dari sifat ragu, akan mendorong kita untuk melakukan kajian lebih jauh sehingga sampai pada puncak keyakinan. 

Ada ungkapan ulama, “lebih baik keyakinan setelah keraguan daripada keraguan setelah keyakinan”. 

Yakin setelah keraguan diperoleh setelah terjawab keraguan-keraguan, sementara keyakinan yang memungkinkan tersimpan keraguan bisa membuat iman goyah atau mungkin menjadikan kita ingkar.

Orang-orang Ateis barangkali masuk pada bagian ini, keraguan yang tidak mereka temukan jawaban, membuatnya ingkar pada satu ajaran yang tidak bisa membuatnya yakin.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved