Catatan Seorang Jurnalis
Joker dan Kita
Kesimpulan film Joker pertama yang tayang beberapa tahun lalu; orang jahat adalah orang baik yang tersakiti. Namun Joker kali ini tak mudah disimpul.
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Tapi ia punya kharisma. Populis. Hingga dicintai masyarakat Gotham.
Warga Gotham yang merasa terinspirasi Joker, mengepung gedung pengadilan, meminta hakim memutus bebas Joker atas tuduhan membunuh lima orang sekaligus; satu ia tikam dalam acara live TV.
Sejumlah upaya dilakukan untuk membebaskan Joker.
Salah satunya aksi nekad memasang bom mobil, yang meledak usai juri memutuskan Joker bersalah.
Melihat ini, saya merenung. Ada banyak Joker di kehidupan kita.
Kita seringkali memuja sosok pembuat kekacauan. Kita tahu ia si kacau. Tapi kita menyenanginya.
Mungkin karena si kacau itu asyik dan kita benci keteraturan karena itu membosankan.
Si kacau itu pula ada di politik.
Kita kadang melabuhkan hati pada calon yang busuk, rekam jejaknya melawan hukum dan perbuatannya amoral.
Kita tahu itu. Tapi kita memilihnya. Karena ia mirip Joker.
Lalu ada Arthur Fleck. Arthur adalah pria menyedihkan, kesepian, selalu ditolak dan karena itu jiwanya sakit.
Orang dekatnya menipu Arthur.
Ibunya mengatakan ia dilahirkan untuk membuat dunia tertawa.
Ternyata itu agar Arthur terus tertawa hingga ia tak bunuh diri.
Kemudian Lee. Ia menyebut senasib dengan Arthur. Padahal ia orang kaya.
Sosok wanita yang dicintai Arthur ini, ternyata hanya suka pada Joker.
Ketika Arthur mencampakkan Joker, Lee pun balik kanan. Meninggalkan Arthur.
Dunia memang tak suka pada yang rapuh.
Mereka benci pada yang papah dan tertindas.
Alhasil Arthur ditinggal dalam sepi. Sedang Joker terus menari.
Arthur dan Joker adalah kisah tentang keroposnya kemanusiaan. (Art)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.