Opini
Echopraxia Effect dalam Pilkada 2024
Pengidap kondisi ini sangat mungkin meniru kegelisahan, gaya berjalan, atau bahasa tubuh orang lain yang ada di sekitarnya.
Perkembangan teknologi pada wilayah media sosial sulut terbendung, banyak kegiatan berhasil karena kampanye melalui media sosial, orang-orang tak perlu lagi sibuk membuat undangan manual yang ditulis dalam secarik kertas atau membuat selebaran dalam memanggil atau mengundang khalayak untuk ikut berpartisipasi.
Effect media sosial urusan dukung-mendukung pada kontestasi politik tak bisa diangap remeh.
Terkadang diatur dengan managemen yang rapi, para pemilik akun yang biasa disebut influencer ini dikelola dengan baik dan punya komandan tersendiri.
Influencer yang terlatih tentu punya kemampuan meyakinkan orang lain bahwa paslon tertentu adalah calon terbaik dari yang lain. Kontribusinya mampu mempengaruhi opini public.
Gerakan para influencer itu bisa menjadi rujukan saat kolega, sahabat, atau komunitas ikut terpengaruh jika sekelilingnya sudah terwarnai dengan pilihan tertentu, kecenderungannya orang lain yang belum bersamanya berangsur bisa berubah karena atmosfir pergaulannya sudah jelas arah dukungan ke paslon tertentu.
Secara tidak langsung ia akan merasa ada tekanan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar dapat memicu dirinya terperangkap mengikuti arus dukungan kuat lingkungannya.
Jika hal ini dilakukan secara simultan dan telaten maka orang yang sudah punya pilihan sekalipun bisa berubah karena lingkungan pergaulannya, apalagi mereka yang belum menentukan pilihan. Orang akan merasa kesepian, asing jika menjadi bagian terkecil dari sebuah komunitas.
Sisi Gelap
Jika kemudian ini terus berlanjut pada kontestasi apapun, maka pintu kerugianpun terbuka dan mengaga lebar.
Hal tersebut jelas merugikan karena bisa dipastikan ke-latah-an, ikut-ikutan yang penulis istilahkan Echopraxia berpengaruh pada karakter nantinya, dimana akan menimbulkan kemalasan di mana kita tak lagi mampu menggunakan nalar kita seobjektif mungkin.
Kita menjadi bagian pendukung yang Irasional karena mengikut saja dengan trend dan tekanan sosial pergaulan tanpa melakukan bedah visi misi, evaluasi gagasan kualifikasi calon, tracking prestasi dan keberhasilan, latar belakang paslon dan lain sebagainya yang bisa jadi landasan rasional memilih pasangan calon yang cerdas. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.