Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Sejarah

Sejarah Hari Ini, 7 Agustus 1994 AJI Dibentuk, Berawal dari Perlawanan terhadap Pengekangan Pers

Deklarasi Sirnagalih adalah momentum penting dari bentuk perlawanan kepada Pemerintah Orba yang represif terhadap kebebasan pers.

|
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Rizali Posumah
Dokumentasi AJI Manado
Anggota AJI Manado foto bersama salah satu saksi sejarah berdirinya AJI Indonesia, yakni Hasudungan Sirait (kemeja biru berkacamata), 18 November 2024. 

Tahun 1978 misalnya, Kompas bersama 12 media lainnya dilarang terbit sejak bulan Januari, dan bisa terbit setelah menandatangani pernyataan tertulis yang berisi permintaan maaf sekaligus berjanji tidak akan menyinggung penguasa, pada tanggal 5 Februari.

Kembali ke tahun Juni 1994, tindakan represif rezim Orde Baru ini memicu aksi solidaritas dan perlawanan dari banyak kalangan secara merata di sejumlah kota. 

Gerakan perlawanan ini tidak hanya melibatkan jurnalis, namun juga seniman, budayawan dan para penulis.

Puncaknya, pada 7 Agustus 1994, sektiar 100 orang yang terdiri atas jurnalis dan kolumnis, aktivis pro demokrasi, berkumpul di Sirnagalih, Bogor.

Di hari itu, Deklarasi Sirnagalih ditandatangani. 

Deklarasi ini pada intinya menuntut dipenuhinya hak publik atas informasi, menentang pengekangan pers, menolak wadah tunggal untuk jurnalis, serta mengumumkan berdirinya AJI

Dikategorikan organisasi terlarang oleh Orde Baru

Oleh Pemerintah Orde Baru, AJI dikategorikan sebagai organisasi terlarang. 

Walhasil aktivitas AJI pun harus berjalan di bawah tanah. Roda organisasi dijalankan oleh dua puluhan jurnalis-aktivis.

Sistem manajemen dan pengorganisasian diselenggarakan secara tertutup. 

Ini dilakukan untuk menghindari tekanan aparat. 

Dengan cara seperti ini, organisasi berjalan efektif. Terlebih AJI waktu itu hanya memiliki anggota kurang dari 200 jurnalis. 

Lahirnya AJI dibidani oleh  individu dan aktivis Forum Wartawan Independen (FOWI) Bandung, Forum Diskusi Wartawan Yogyakarta (FDWY), Surabaya Press Club (SPC) dan Solidaritas Jurnalis Independen (SJI) Jakarta.

AJI, selain melakukan demonstrasi menentang pengekangan pers, juga menerbitkan majalah alternatif Independen, yang kemudian menjadi Suara Independen. 

Aktivitas AJI ini menuntut biaya mahal. Tiga anggotanya pada Maret 1995 dijebloskan ke penjara.

Mereka masing-masing yakni Ahmad Taufik, Eko Maryadi dan Danang Kukuh Wardoyo.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved