Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Berita Nasional

Ancaman Krisis Penduduk di Jawa-Bali, BKKBN Imbau Setiap Pasangan Wajib Punya Anak Perempuan

Angka perkawinan di Indonesia turun tajam dari semula rata-rata 2 juta pernikahan, menjadi 'hanya' 1,5 hingga 1,7 juta dalam setahun.

Istimewa/HO
Ancaman Krisis Penduduk di Jawa-Bali, BKKBN Imbau Setiap Pasangan Wajib Punya Anak Perempuan 

Ancaman krisis penduduk di Jawa-Bali, BKKBN Imbau Setiap Pasangan Wajib Punya Anak Perempuan

TRIBUNMANADO.CO.ID - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) targetkan setiap pasangan punya anak Perempuan.

Angka perkawinan di Indonesia turun tajam dari semula rata-rata 2 juta pernikahan, menjadi 'hanya' 1,5 hingga 1,7 juta dalam setahun.

Hal ini juga berdampak pada angka kelahiran atau total fertility rate (TFR) yang secara nasional kini berada di 2,1.

Meski angka tersebut terbilang ideal untuk pertumbuhan populasi penduduk, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo khawatir dalam beberapa tahun ke depan TFR terus menurun.

Baca juga: Banyak Lubang Menganga di Trotoar Jalan 17 Agustus Manado Sulut, Bisa Membahayakan Pejalan Kaki

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyebut pemerintah menargetkan setiap pasangan suami istri melahirkan sedikitnya satu anak perempuan, Kamis (27/6/2024).

Kebijakan tersebut ia sampaikan menyusul temuan data terakhir angka kelahiran Indonesia  menunjukkan 2,18.

Meski dari data tersebut menunjukkan angka kelahiran masih ideal karena masih di atas dua poin, tetapi ia menyebut mitigasi untuk mengantisipasi krisis penduduk tetap perlu diupayakan mulai sekarang.

Keterangan Hasto tersebut pun menuai pertanyaan publik, bagaimana jika dalam satu keluarga tidak melahirkan anak perempuan?

Dan, apakah Indonesia saat ini sedang mengalami krisis penduduk? 

Ancaman krisis penduduk di Jawa-Bali

Hasto menyampaikan, jumlah anak perempuan yang ia maksud bukanlah jumlah yang mutlak dari sepasang suami istri, melainkan jumlah rata-rata dari sebuah kependudukan.

“Rata-rata, sekali lagi rata-rata. Kalau tetangga kiri saya seorang perempuan punya dua anak perempuan, dan kanan saya seorang perempuan tanpa anak perempuan tidak apa-apa. Karena kalau dirata-rata tetap jadi satu,” jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (3/7/2024).

Ia menambahkan jika tidak seperti itu, dikhawatirkan populasi perempuan di masa yang akan datang akan berkurang.

Sebab, meskipun angka kelahiran Indonesia telah mencapai batas ideal 2,18, tetapi angkanya di setiap provinsi tidak merata, terutama di Jawa dan Bali yang trennya terus menurun. 

“DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Bali angkanya sudah kurang dari 2. Itu mengkhawatirkan,” kata Hasto.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved