Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Moderasi Beragama dan Tantangan Artifisial Intelegensi atau AI

Hal ini dapat menimbulkan masalah privasi yang serius, terutama jika data tersebut disalahgunakan atau tidak dilindungi dengan baik.

Kolase/tribunmanado.co.id/HO
Muis Daeng Pawero, Dosen FTIK IAIN Manado. 

Al-Qur'an seringkali menggunakan istilah ulul albab untuk menyiraktan agar manusia memiliki ilmu pengetahuan sehingga dengan pengatehuan, manusia dapat melihat kekuasaan Tuhan.

Dalam membumikan Al-Qur'an, Prof. Quraisy Shihab mengemukakan bahwa ayat Al-Qur'an pertama yang memerintahkan untuk membaca (Iqra') pada prinsipnya memiliki makna yang lebih dalam. Iqra bukan hanya bermakna membaca, melainkan mengkaji, meneliti, dan sebagainya, yang pada intinya menganjurkan manusia agar selalu meningkatkan pengetahuan agar dapat menyaksikan kekuasaan Allah sehingga semakin taat kepada-Nya.

Dalam Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi sering kali dianggap sebagai cara untuk memahami ciptaan Allah lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan umat manusia.

Prinsip-prinsip seperti keadilan, kehati-hatian, dan tanggung jawab sosial sangat penting dalam penerapan teknologi. Teknologi harus digunakan untuk mendukung nilai-nilai Islam dan mematuhi syariat.

Pandangan Kristen terhadap teknologi bervariasi di antara denominasi dan individu.

Secara umum, teknologi dapat dilihat sebagai alat yang diberikan oleh Tuhan untuk meningkatkan kehidupan manusia, selama digunakan dengan cara yang etis dan moral.

Gereja sering kali mendorong penggunaan teknologi untuk kebaikan, seperti dalam pendidikan dan pelayanan kesehatan.

Hindu memandang teknologi sebagai bagian dari perkembangan dharma, atau jalan kebenaran. Teknologi yang memajukan kehidupan tanpa mengorbankan moralitas dan harmoni dengan alam biasanya diterima. Namun, ada juga peringatan terhadap ketergantungan berlebihan pada teknologi yang dapat mengganggu keseimbangan spiritual.

Buddhisme cenderung menekankan keseimbangan dan kesadaran dalam penggunaan teknologi. Teknologi dapat menjadi alat untuk mengurangi penderitaan dan meningkatkan kebahagiaan jika digunakan dengan kebijaksanaan dan welas asih.

Namun, ada juga perhatian terhadap bagaimana teknologi dapat mempengaruhi pikiran dan interaksi sosial.

Banyak agama mengajarkan bahwa manusia diciptakan dengan kemampuan kreatif yang mencerminkan pencipta mereka. Oleh karena itu, inovasi dan teknologi sering dilihat sebagai ekspresi dari kemampuan ilahi ini, asalkan digunakan untuk tujuan yang baik.

Namun demikian, ada fokus kuat pada tanggung jawab moral dalam penggunaan teknologi. Misalnya, pengembangan dan penggunaan AI harus memperhatikan dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan serta memastikan bahwa teknologi tidak melanggar prinsip-prinsip moral dan etika agama.

Banyak tradisi agama menekankan penggunaan teknologi untuk mempromosikan kesejahteraan dan keadilan sosial. Teknologi harus digunakan untuk mengatasi ketidakadilan, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kualitas hidup bagi semua orang.

Tantangan dan Kekhawatiran dari Perspektif Agama

Dehumanisasi: Kekhawatiran bahwa teknologi, khususnya AI, dapat mengurangi nilai dan martabat manusia, misalnya melalui otomatisasi pekerjaan yang dapat menggantikan peran manusia. Manusia sebagai khalifah di muka bumi, serta ciptaan Tuhan paling mulia di banding makhluk lainnya, akan terdegradasi oleh AI.

Privasi dan Pengawasan: Teknologi yang memungkinkan pengawasan dan pengumpulan data secara luas dapat menimbulkan masalah privasi dan kebebasan individu, yang sangat dijaga dalam tradisi agama.

Bias dan Diskriminasi: Algoritma AI yang bias dapat memperburuk ketidakadilan sosial dan diskriminasi, yang bertentangan dengan ajaran agama yang menekankan keadilan
Pergeseran Nilai-nilai: Adanya kekhawatiran bahwa teknologi dapat menggeser nilai-nilai spiritual dan moral, menyebabkan masyarakat lebih materialistis dan kurang memperhatikan aspek-aspek kehidupan yang lebih dalam dan bermakna.

Tulisan ini, sekali lagi hanya pemantik. Masih banyak dinamika perkembangan AI yang tidak terekam. Namun sebagai penutup, saya ingin mengutip penjelasan Harari dalam 21 Lessons.

"Ribuan tahun lalu, siapa yang memiliki alat berburu, maka akan berkuasa (revolusi kognitif). Lalu, siapa yang memiliki tanah akan berkuasa (revolusi agrikultur). Memasuki abad 20, siapa yang menguasai teknologi industri, maka dia yang akan berkuasa (revolusi Industri). Namun saat ini, barangsiapa yang menguasai algoritma, big data, dan Artificial Intelegensi, maka dialah yang paling berkuasa". (*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved