Opini
‘Eksistensi Hutan Kota', Sebuah Keniscayaan Hidup Sehat
KOTA tempat kita tinggal adalah wilayah hunian yang perlu didukung dengan kebijakan hutan kota
Oleh : Adi Tucunan
(Staf Pengajar FKM Unsrat Manado)
KOTA tempat kita tinggal adalah wilayah hunian yang perlu didukung dengan kebijakan hutan kota di dalamnya dan ini benar-benar menjadi suatu keniscayaan bagi kota dan penghuni di dalamnya.
Mengapa hutan kota menjadi begitu penting bagi kita masyarakat dunia yang hidup di planet ini? Ketika berada di tempat tinggal saya di Indonesia, hutan kota tidak pernah menjadi skala prioritas dalam pembangunan infrastruktur kota, di saat yang bersamaan saat saya tinggal di sebuah negeri di benua lain seperti Jerman, menunjukkan hal yang sebaliknya di mana prioritas hutan kota adalah sebuah skala besar dan utama dalam sektor pembangunannya.
Dua hal yang berbeda ini, memberi kesadaran baru bagi saya, tentang seberapa efektif dan berkualitasnya cara memandang kehidupan sehat masyarakat di belahan dunia yang berbeda itu.
Saya mencoba untuk menyingkirkan variabel pembanding antara Indonesia dan Jerman, yaitu yang satu negara berkembang dan yang lain adalah negara maju.
Ini bukan maksud pembahasan saya dalam tulisan ini, tapi lebih mengarah kepada variabel tentang perilaku hidup sehat masyarakat di sini karena sebuah kebijakan yang diciptakan dan didesain oleh negara karena kepentingan nasional mereka dan bagaimana mereka bertahan hidup dalam jangka panjang sebagai sebuah entitas negara.
Pertanyaan besarnya adalah: mengapa negara berkembang seperti kita di Indonesia upaya untuk mendesain kota-kotanya menjadi hijau dan sehat tidak dianggap penting? Dan sebaliknya mengapa negara seperti jerman merekayasa struktur hutannya mengelilingi kota tempat begitu banyak para penghuni berada menjadi sangat penting?
Perbedaan cara pandang ini, menjadi salah satu variabel yang membuat angka harapan hidup kedua negara di atas mungkin berbeda, tentu saja selain ada banyak variabel yang menjadi determinannya.
Di Jerman untuk berjalan kaki setiap hari adalah keniscayaan karena ketersediaan infrastruktur trotoar dan pohon-pohon yang selalu mengelilingi, membuat setiap orang yang berjalan sangat merasa efek segar dan menikmati perjalanan, belum lagi dengan saat memasuki hutan kota yang tenang dan hijau, memberikan rasa damai bagi para pejalan, tempat di mana kita bisa berpikir dan menikmati keindahan yang Tuhan ciptakan.
Di kota-kota di Indonesia seperti di manado tempat saya beraktivitas, sebagian besar masyarakatnya tidak suka berjalan kaki karena tidak ada trotoar yang representatif dan pohon yang hijau serta cukup berbahaya dengan banyaknya kendaraan pribadi yang ada di jalan raya.
Itu sebabnya, masyarakat Indonesia disebutkan sebagai masyarakat paling malas sedunia oleh sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Stanford AS yang melibatkan 700-an ribu orang di 111 negara di dunia, dengan indikasinya langkah kaki berjalan orang Indonesia yaitu hanya rata-rata 3.500-an langkah kaki setiap hari. Tentu saja ini mengindikasikan kurangnya infrastruktur dan kenyamanan di kota-kota Indonesia dalam hal fasilitas berjalan yang nyaman bagi penduduknya, termasuk adanya hutan kota.
Pemerintah sudah seharusnya memikirkan dampak jangka panjang dengan keberadaan hutan kota dengan memberikan keseimbangan antara upaya memacu perekonomian dan menjadi kestabilan kota untuk lebih sehat.
Kontribusi besar pemerintah jika memandang ini perlu akan menjadi sebuah perjuangan membantu masyarakatnya mulai memikirkan aspek penting bagi kesehatan mereka sendiri. Dan sudah selayaknya pemerintah menambah ruas jalan dan penanaman pohon hijau bukannya menambah sebanyak mungkin kendaraan yang akan menciptakan polusi.
Aspek penting dari tulisan ini, lebih mengarah kepada kesehatan masyarakat kita sebagai akibat yang timbul dari terbatasnya hutan kota dan tidak memenuhi syarat sebagai kota sehat untuk dihuni. Ada banyak kajian tentang mengapa hutan kota itu penting.
Menurut studi yang dilakukan oleh Max Planck Institute, hutan kota dikaitkan dengan kesehatan otak manusia, di mana disebutkan bahwa lingkungan seperti hutan kota dapat membentuk struktur dan fungsi otak bekerja lebih baik. Masyarakat yang tinggal dekat dengan alam, lebih cenderung lebih sehat secara fisik, psikologi dan sosialnya.
Kota tempat di mana ada begitu banyak polusi, kebisingan dan ketidakteraturan akan cenderung menyebabkan stress kronis maupun gangguan fisik lainnya. Sama halnya dengan kajian dari World Resources Institute yang menjelaskan bagaimana hutan kota dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Mereka menyebutkan beberapa hal yang akan terjadi jika kita memiliki hutan kota: pohon dan hutan dapat mengubah iklim mikro dan kualitas udara; pohon dan hutan dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik masyarakat sekitarnya; hutan secara khusus dapat menyediakan cetak biru tumbuhan obat-obatan baru; hutan juga bisa mendukung sebagai pollinator suplai makanan di perkotaan; perlindungan hutan dengan keragaman hayati dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit dan zoonotic; hutan dan pohon membantu membangun komunitas.
Begitu pula, hutan kota dapat menjadi pendukung sistem air di kota dan mengurangi risiko bencana, antara lain menyediakan air bersih, mencegah terjadi banjir, meningkatkan suplai air yang konsisten dan stabil. Ini semua tentu saja akan memberikan efek terhadap kesehatan manusia dalam jangka panjang.
Intinya, kita tidak hanya berbicara tentang menyelamatkan ekosistem hutan di dalamnya tetapi juga menyelamatkan peradaban manusia ke depan dengan menjaga kualitas hidupnya tetap sehat. Pemerintah suatu kota perlu mengarahkan perhatiannya kepada sebuah sistem yang menjaga ekosistem kota menjadi lebih sehat, dengan berupaya mengeluarkan sebuah kebijakan yang pro kepada lingkungan tempat kita tinggal.
Tidak ada gunanya kita hidup dalam kota yang masyarakatnya hanya merasakan masalah fisik dan mental serta sosial ke depan akibat kurang berpihaknya pemerintah kepada upaya membangun infrastruktur pendukung untuk menyehatkan publik.
Pemerintah sebagai regulator dan fasilitator harus berupaya menjadikan hutan kota sebagai skala prioritas jika masih mau melihat masyarakatnya sehat dan lingkungan terjaga keseimbangannya. Saya pikir, ini harus dimulai dengan komitmen tinggi untuk berbuat sesuatu yang positif dan berdampak jangka panjang, dengan paradigma yang berubah bahwa masyarakat harus disejahterakan dan disehatkan.
Pemerintah tidak boleh hanya berpihak pada para pemodal dan investor untuk membangun skala ekonomi yang lebih luas, tetap lebih daripada itu harus mampu menjaga keseimbangan. Semua instrumen negara kalau perlu digerakkan untuk membuat kota menjadi hijau dan bersih.
Salah satu dari poin SDG’s yang dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa yaitu poin 11 adalah menciptakan kota dan pemukiman berkelanjutan, yang di dalamnya adalah membuat perkotaan dan pemukiman manusia menjadi inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan.
Ini harus menjadi perhatian dan fokus pemerintah karena sampai tahun 2030, masyarakat dunia itu dihuni oleh 60 persen dari total penghuni bumi.
Perlu ada grand-design yang baik dari setiap pemerintah kota untuk membangun kotanya menjadi jauh lebih hijau, sehat, bersih dan bermartabat bukan dengan gedung-gedung tinggi, pusat perbelanjaan, dan padatnya pemukiman tanpa kendali.
Jika mau melihat generasi ke depan kita yang sehat secara fisik maupun mental, pemerintah sebuah kota perlu mengkaji secara detil dan mendalam serta memiliki keterbukaan pandangan untuk menjawab tantangan hari ini bahwa kita membutuhkan hutan kota lebih daripada masa sebelumnya, karena peperangan sesungguhnya kita adalah dengan diri kita sendiri yang tidak terlalu peduli dengan kemajuan sebuah kota untuk menjadi lebih sehat.
Pikirkan tentang masa depan generasi hari ini, adalah sebuah langkah kongkrit yang jauh lebih menguntungkan dibanding mengalokasikan dana besar untuk biaya pengobatan masyarakat karena terdampak dari kebijakan bodoh kita yang tidak peduli dengan ekosistem lingkungan kota.
Kampanye kepala daerah atau legislatif di Indonesia, wajib memasukan agenda untuk menciptakan hutan kota yang produktif, bukannya menjanjikan lebih banyak program kebohongan belaka yang tidak pernah mereka lakukan setelah berkuasa. Karena pemimpin kota yang baik adalah yang mendengar bisikan alam dan manusia di dalamnya yang harus mereka sejahterakan dan sehatkan. (*)
| Politik Hukum dari Dasar Kolam: Revitalisasi Sario dan Etika Kepemimpinan |
|
|---|
| William Shakespeare dan Chen Shou: Perspektif Sejarah Leluhur Minahasa Versi Weliam H Boseke |
|
|---|
| Kontroversi Dana Pemda Kabupaten Talaud Rp2,6 Triliun yang Mengendap di Bank |
|
|---|
| Membaca Ulang Kasus Prof Ellen Joan Kumaat, Rektor Bukan Kambing Hitam Proyek |
|
|---|
| Menguatkan Daerah Reseptif dan Risiko: Kunci Eliminasi Malaria Sulut Menuju SDGs 2030 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/manado/foto/bank/originals/adi-tucunan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.