Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan Wartawan

Sang Guru dan Laskar Pelangi

Guru cabul. Inilah narasi di dunia pendidikan Sulut selang sepekan terakhir. Gentingnya keadaan hingga Wagub Sulut Steven Kandouw harus buka suara. 

|
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Tribun Manado
Murid pedalaman Bolmong. 

Manado, TRIBUNMANADO.CO.ID - Sang guru yang menjabat Kepsek di sebuah SMK di Manado dan seorang wakilnya dilaporkan telah mencabuli guru dan beberapa siswanya.

Saya menduga berlaku fenomena gunung es. Korban sesungguhnya lebih banyak.

Guru cabul. Inilah narasi di dunia pendidikan Sulut selang sepekan terakhir. 

Gentingnya keadaan hingga Wagub Sulut Steven Kandouw harus buka suara. 

Menurut Wagub, sang guru telah dicopot dari jabatannya. 

Sanksinya sebagai ASN tengah diproses dan Pemprov Sulut menyilakan aparat hukum mengusut tuntas kasus ini. 

Saya kira dan kita semua sepakat, dunia pendidikan harus dibersihkan dari anasir jahat.

Penyebab harus dicari, solusi musti ditemukan. Agar hal ini tidak terjadi lagi. 

Narasi tentang guru cabul sungguh menyesakkan hati. Saya tertarik melakukan kontra narasi. 

Narasi positif guru diperbanyak untuk menghalau narasi cabul ini. Dan saya teringat pada Dian. 

Seorang guru muda di Kabupaten Bolaang Mongondow. 

Saya pernah meliput kisahnya yang sangat inspiratif. Tulisan itu saya beri judul "Laskar Pelangi dari Kolingangaan".

Tulisan bermula dari awal Dian menuju desa itu.

Letaknya di pedalaman dengan jalan yang rusak parah beserta tanjakan serta turunan sana sini.

Tak ada angkot, Dian menumpang sebuah mobil pengangkut kayu. Ia duduk bersama tumpukan kayu.

"Kepala saya pusing, kena sinar matahari," kata dia.

Waktu itu Dian tengah hamil. Nyaris ia beranak di atas mobil. 

Di desa itu ia menumpang tinggal di rumah aparat desa. Air sulit, harus ditimba sejauh ratusan meter. Pasokan listrik terbatas. 

Jangan berharap hiburan dari android. Daerah sinyal terdekat berjarak 5 kilometer. Kontras dengan Lolak, daerah asal Dian yang panas membara, daerah itu dingin.

Di malam hari, selimut kadang tak sanggup membendung hawa dingin. Ada 1001 tantangan dan ia nyaris menyerah. Tapi Dian menguatkan hati.

"Jadi guru adalah cita cita saya sejak kecil," kata dia.

Penderitaan itulah yang mengurapi Dian sebagai guru. 

Sosok dengan tubuh yang kecil dan lemah ini bertransformasi jadi super hero bagi anak anak SD di desa pedalaman tersebut.

Bukan karena digigit laba laba atau kena radiasi, tapi oleh cinta yang begitu kuat kepada anak didiknya. 

Perannya bagai Bu Mus, dalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.

Ia kerap mengajak mereka ke kebun atau bukit dan disana ia mengajar.

Dia menganggap muridnya adalah anak. Kadang para muridnya ikut nginap di rumahnya.

"Siang belajar di kelas, malam belajar di rumah saya," ujarnya. 

Ia guru yang menari di tengah badai. 

Kekurangan materi tak akan membuatnya risau.

Satu hal yang dapat membuatnya bermuram durja adalah kala anak didiknya absen.

Apalagi jika mendengar mereka berhenti sekolah. 

"Saya langsung kunjungi orang tua mereka, ajak anak mereka ke sekolah, karena banyak orang tua yang tak melihat manfaat pendidikan bagi anak mereka," kata dia.

Kurikulum merdeka belajar belum keluar kala itu, namun ia sudah menerapkan inti sarinya.

Setiap siswa di bimbing ke gerbang pengetahuan masing masing. Yang jago matematika memang pintar.

Tapi yang jago seni dan olahraga bukan orang bodoh.

Masing masing siswa punya bakat dan Dian menuntun mereka untuk mengembangkannya dan menjadi ahli sebagai bekal hidup nanti.

Banyak hal hebat yang dilakukan Dian namun tidak tercatat dalam tulisan saya. Karena ia terlalu besar.

Tak diduga tulisan saya tentang Dian menjadi juara nasional.

Dan Dian diundang ikut zoom bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Dan namanya disebut langsung oleh Muhadjir.

Saya melihat Dian meneteskan air mata.

Di Sulut ini saya meyakini ada banyak guru dengan dedikasi seperti Dian.

Bahkan mungkin lebih dari Dian. Mereka yang melaksanakan tugas suci, dalam sunyi.

Tangan kanan memberi, tangan kiri tidak tahu.

Maka Bapa di sorga yang tersembunyi akan memberi upah.

Upah mereka besar di sorga. Sementara untuk guru cabul, seperti yang tertulis di Alkitab,

"lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut". (Arthur Rompis)

Baca berita lainnya di: Google News.

Berita terbaru Tribun Manado: klik di sini.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved