Tajuk Tamu Tribun Manado
Membangun Manajemen Olahraga yang Komprehensif
Melihat perkembangan sejarah ilmu manajemen olahraga, yang ditekankan dan yang utama adalah perlunya tim yang terlatih dan terdidik secara profesional
Oleh:
Andyka Lontoh S.Pd
- Praktisi Bola Voli
- Ketua Ikatan Guru Olahraga Nasional (Igornas) Sulawesi Utara
Ambrosius M Loho M.Fil
- Dosen Filsafat Unika De La Salle Manado
- Penulis
LATAR yang membingkai tulisan ini adalah even yang bertajuk ‘Turnamen Bola Voli Antar Pelajar SMA-SMK Se-Sulawesi Utara’. Even tersebut telah sukses dilaksanakan dan tentu saja yang juara di masing-masing kategori baik putra maupun putri sudah diketahui publik melalui linimasa yang ramai menginformasikan. Tak kurang dari 7 media telah mewartakannya. Bersamaan dengan itu, ada juga pemberitaaan seputar kejanggalan, yang diduga dilakukan oleh tim tertentu karena mereka dianggap ‘berulah’.
Kendati demikian, hal yang tidak bisa kita mungkiri adalah bahwa even turnamen apapun tidak selamanya sempurna adanya. Walaupun persiapan telah dilakukan sematang mungkin, namun tetap saja kekurangan itu ada, baik dari teknis, manajemen atau bahkan kurangnya pemahaman petunjuk teknis (juknis) oleh peserta maupun panitia. Apapun itu, tidaklah penting untuk diperdebatkan, karena even telah selesai dan fakta jelas yang tidak bisa kita tolak adalah adanya juara baru baik di kategori putra maupun putri.
Hemat penulis, hal di atas tentu menjadi sebuah pencapaian yang baik untuk dunia olahraga bola voli pelajar di Sulawesi Utara. Di saat yang sama, penulis justru berkeingian untuk lebih fokus kepada hal yang masih sering diabaikan, padahal menjadi kunci keberhasilan sebuah pengembangan bidang olahraga tertentu.
Dalam beberapa pembacaan penulis, ada berkeyakinan bahwa jika kita amati dengan jeli, olahraga mempekerjakan jutaan orang di seluruh dunia, hal itu dimainkan atau ditonton oleh mayoritas penduduk dunia, bahkan di tingkat profesional, olahraga telah beralih dari hiburan yang sifatnya amatir, menjadi industri yang signifikan. Pertumbuhan dan profesionalisme dalam olahraga, bahkan telah mendorong perubahan dalam konsumsi, produksi, dan pengelolaan acara dan organisasi olahraga, di semua tingkatan/level olahraga itu.
Dunia olahraga dan pengelolaanya, sejak awal Abad 21 seyogyanya telah berkembang pesat karena telah melibatkan penerapan teknik dan strategi, yang terbukti di sebagian besar organisasi seperti: Bisnis, pemerintah, dan lain sebagainya. Bahkan melebihi itu, manajer olahraga terlibat dalam perencanaan strategis, pengelolaan sumber daya manusia dalam scope atau jumlah besar, kemudian berurusan dengan kontrak penyiaran, pengelolaan kesejahteraan atlet dan bekerja dalam jaringan global federasi olahraga baik tingkat nasional maupun internasional yang sangat terintegrasi dengan lembaga pemerintah, perusahaan media, sponsor dan organisasi masyarakat lainnya. Apapun itu, ini fakta yang unik dari sebuah manajemen olahraga.
Kita dapat menelusuri lebih dalam bahwa kurun 20 tahun terakhir, para ahli telah pernah mengurai daftar fitur unik olahraga yang dapat membantu kita memahami mengapa pengelolaan organisasi olahraga memerlukan penerapan teknik manajemen yang khusus dan khas. Sejalan dengan itu, ciri unik olahraga adalah fenomena dominannya hasrat irasional si manajer, terhadap sebuah tim olahraga, kompetisi dan atau atlet itu sendiri. Demikian juga diketahui bahwa olahraga memiliki signifikansi simbolis dalam kaitannya dengan hasil kinerja tim, keberhasilan dan bahkan prestasi yang menonjol yang didapatkan, yang sejatinya tidak terjadi di bidang kegiatan ekonomi dan sosial bahkan budaya lainnya.
Maka dengan demikian, manajer olahraga harus belajar memanfaatkan hasrat dalam hal promosi, untuk menarik minat banyak orang untuk membeli tiket sebuah even olahraga, dan atau mengajak orang masuk dalam keanggotaan sebuah klub. Mereka juga harus belajar menerapkan logika bisnis yang jelas dan teknik manajemen yang mumpuni. Demikian juga, sisi penting yang harus diterapkan oleh seorang manajer olahraga adalah tetap menumbuhkan iklim kompetitif yang sehat, karena dalam sebuah organisasi olahraga, mereka bisa bersaing di lapangan, tetapi bekerja sama di luar lapangan, untuk memastikan kelangsungan pengembangan sebuah olahraga tertentu. Hal tersebut inilah yang merupakan ciri khas dari olahraga, bahwa tim dan atau klub membutuhkan ‘oposisi’ untuk tetap berbisnis, namun tetap harus bekerja sama untuk merekrut secara profesional, siapa saja yang berbakat masuk dalam sebuah tim.
Riset Dharsana Rani berjudul ‘Sports Management and Opportunities for Professional Development’ (2016), menegaskan bahwa manajeman olahraga adalah bidang pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kemampuan yang berkembang pesat.
Demikian jelas bahwa, fungsi dan peran olahraga, serta manajemen olahraga, sebagai aktivitas yang tumbuh dan mendorong, industri yang bergerak di bidang olahraga sedang booming dan menjadi segmen yang relevan untuk dianalisis.
Sejalan dengan itu, studi yang dilakukan oleh Asosiasi produsen produk olahraga di Amerika, yang dikeluarkan pada tahun 2008 (SGMA, 2008), jumlah orang yang bergabung dengan klub kesehatan pada tahun 2007 mencapai angka 42,7 juta, dibandingkan dengan 1990 telah meningkat sebesar 21 juta. Sementara, lebih dari 72 persen anak-anak pada usia 11 tahun di AS pada tahun 2008 terlibat dalam olahraga, misalnya, liga bola basket wanita di Amerika Serikat menarik sekitar 2 juta penggemar setiap musim, begitu juga sekitar 20 juta penggemar menghadiri kompetisi reguler sepanjang musim di NBA.
Fakta ini jelas mengangkat pamor olahraga sebagai pilihan orang untuk ditonton. Maka dari itu, dengan melihat perkembangan sejarah ilmu manajemen olahraga, tampak bahwa yang ditekankan dan yang utama adalah perlunya tim yang terlatih dan terdidik secara profesional.
Pendek kata, manajemen olahraga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengombinasikan keterampilan yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pendelegasian, pengendalian, penganggaran dan evaluasi, dalam konteks organisasi, terkait dengan olahraga (Parks, dkk. 2007). Manajemen olahraga adalah bidang multidisiplin yang mengintegrasikan industri dan manajemen olahraga itu sendiri. (Lussier, dkk. 2009).
Akhirnya, dengan uraian ini, maka sebuah tim olahraga (atlet, pelatih dan staf), tidak pernah tanpa kaitan dengan manajemen olahraga. Tim ini harus, menguasai serentak memahami tentang manajemen olahraga dan seluk beluknya dengan baik. Ketika dia menguasai manajemen, dia pun harus mempraktekkan itu, sehingga bisa memiliki alat ukur, ketika dievaluasi. Tanpa hal itu, manajemen tak akan tampak baik dan sebagaimana mestinya. (*)
Memaknai Sakit sebagai Sebuah Pengalaman Nyata |
![]() |
---|
Masa Paskah di Sulawesi Utara, Potensi Wisata Campur yang Terintegrasi |
![]() |
---|
Sambung Pikir Polemik Gelar Adat Tona'as Wangko, Nilai Leluhur Minahasa |
![]() |
---|
Motivasi Hidup: Lakukan Terbaik Hingga Akhir |
![]() |
---|
Pengakuan Veteran Perang: Refleksi atas Misteri Kejahatan, Karma dan Kematian demi Pertobatan Sejati |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.