Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu

Memanusiakan Pendidikan di Indonesia

Ada begitu banyak catatan yang perlu kita lihat dari pendidikan kita mulai dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi

Editor: David_Kusuma
ISTIMEWA
Adi Tucunan 

Para pengambil kebijakan pendidikan di negeri ini kadang berubah-ubah dalam setiap pengambilan keputusan yang menentukan nasib anak-anak kita di negeri ini, seolah kurikulum pendidikan adalah sebuah uji coba terus menerus tanpa konsiderasi yang matang tapi hanya berupa keputusan politik dan anggaran.

Di negeri ini, jika kita salah memilih pemimpin nasional maupun daerah maka pertaruhannya adalah dunia pendidikan kita yang terus ambruk. Seorang pemimpin politik seharusnya paham dengan benar tentang dunia pendidikan, karena itu adalah masa depan yang akan mempertahankan negeri ini tetap ada dan terurus dengan benar.

Sebagian besar pemimpin politik kita mengabaikan institusi sesakral dunia pendidikan, karena ketidakpahaman mereka bahwa pendidikan adalah terang yang mencerahkan dunia politik mereka. Akibat kegagalan dunia pendidikan, maka terciptalah lingkaran setan sekolah menciptakan para pemimpin badut dan korup di kemudian hari.

Masyarakat juga berkontribusi dengan kegagalan dunia pendidikan karena selalu memilih pemimpin yang salah dan mereka terlalu berharap sekolah yang mengambil peran paling besar mencerdaskan anak-anak mereka, ini kesalahan persepsi yang fatal. Akibatnya sekolah-sekolah kita tidak punya energi yang cukup untuk menampung terlalu banyak murid dengan sumberdaya yang terbatas dan anggaran minim untuk membiayai sekolah tersebut.

Para pendidik di negeri ini masih memiliki mindset pekerja bukan seorang ilmuwan, artinya para guru dan dosen hanya bekerja untuk memenuhi standar normal kehidupan ekonomi mereka bukan karena kecintaan mereka akan ilmu pengetahuan dan peradaban yang lebih baik karena sentuhan otak dan hati mereka; ini juga menular kepada para anak didik yang masih sekolah hanya karena ingin ijazah untuk dapat pekerjaan.

Akibatnya kita semua kecewa dengan sumberdaya manusia yang pas-pasan dan tidak kompeten serta kapabel dalam dunia kerjanya; ditambah lagi dari aspek softskill kita menghadapi tantangan besar di mana para pekerja kita tidak cukup jujur, berdisiplin, pekerja keras, ulet dan petarung, sehingga kita tidak cukup mumpuni untuk bekerja dengan terampil dan berdedikasi.

Jika dunia pendidikan tidak dimanusiakan dari sekarang, maka kita akan menuju pada dekadensi moral yang lebih besar serta minimnya akuntabilitas dan transparansi dalam lembaga pemerintahan dan masyarakat kita.

Lalu bagaimana kita dapat merekayasa ulang produk mendidikan kita yang bermasalah? Sekolah tidak lagi bertumpu semata pada kurikulum dan sains tapi melibatkan ilmu humaniora dan sosial secara berimbang, di lain pihak kita perlu memperkuat sistem politik kita untuk tidak korup dan egosentris, agar mereka bisa melahirkan kebijakan yang pro kepada dunia pendidikan dengan semua permasalahannya yang kompleks.

Pemerintah tidak boleh menjadikan pendidikan sebagai bisnis meraup keuntungan, tapi pemerintah perlu melahirkan sebuah kebijakan berani untuk menggratiskan semua sekolah karena itu amanat konstitusi kita, mencerdaskan bangsa bukan hanya dengan membuat kurikulum tapi memberikan anggaran yang memadai.

Masyarakat perlu dilibatkan dengan membangun pemahaman bersama bahwa pendidikan bukan hanya dititikberatkan di sekolah tapi seharusnya dimulai dari rumah. Beasiswa yang diberikan seharusnya tepat sasaran bukan hanya dipilih-pilih berdasarkan unsur SARA atau KKN, ini sering terjadi di sekolah-sekolah kita dan Pemerintah kadang tidak bisa mengawasi dengan cukup baik.

Jika Pemerintah dan DPR melakukan studi banding tentang pendidikan di negara maju, cobalah untuk serius mencoba untuk memberikan porsi political will yang cukup kuat, bukan hanya sekedar sudah berkunjung tapi tidak berbuat apa-apa.

Baca juga: Unsrat Manado Akan Gelar Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional

Kita bukannya kekurangan orang pintar tapi orang pintar yang tidak punya niat memperbaiki keadaan karena terjebak dalam sistem yang korup dan mencari untung serta tidak mau berjuang melihat kesulitan komunitas pendidikan itu sendiri.

Saya pikir ini catatan singkat saya terkait dunia pendidikan kita sekarang yang terus tumbuh dan berkembang, dengan harapan kita bisa memperbaiki bukan hanya infrastruktur dan bangunan pendidikan tapi memperbaiki cara berpikir masyarakat dan pemimpin dunia pendidikan kita yang selama ini ternyata keliru dalam mempersepsikan pendidikan itu sendiri sehingga lumpuh dalam menjalankan makna pendidikan dalam arti yang sesungguhnya.

Biarlah setiap tanggal 2 Mei bukan hanya selesai di upacara memperingati hardiknas, tapi lebih kepada menjiwai dan menuangkan jiwa itu ke dalam aktualisasi nyata agar kita bisa menciptakan generasi masa depan yang jauh lebih baik dari sekarang. (*)

               

               

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved