Mata Lokal Memilih
Berikut 3 Nama Kandidat Calon Presiden Paling Kuat di Survei, Tak Tersingkirkan di Puncak
Pasti masyarakat Indonesia sudah tahu, ya mereka bertiga adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Tiga nama kandidat calon Presiden ini tak pernah bergeser dari posisi top survei.
Pasti masyarakat Indonesia sudah tahu, ya mereka bertiga adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
Namun dari mereka bertiga, baru dua yang pasti diusung oleh partai mereka.
Baca juga: Ganjar Pranowo dan Prabowo Ungguli Anies Baswedan di Simulasi Capres 2024 Versi Indo Barometer
Sementara Ganjar Pranowo belum pasti dan masih menunggu keputusan Megawati Soekarnoputri.
namun mereka bertiga rupanya sudah menjadi pilihan paten masyarakat Indonesia.
Sebab dalam beberapa kali survei, nama merekalah yang muncul.
Sedangkan calon lain berada di posisi bawah.
Baca juga: Segini Total Harta Kekayaan Ganjar Pranowo Kandidat Capres 2024, Paling Banyak Tanah dan Kendaraan
Survei Nasional (Surnas) terbaru terkait dinamika elektoral Capres dan Cawapres pilihan publik yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukkan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan masih menduduki posisi tiga teratas alias Top Three.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi mengatakan Top Three sulit digeser sebab memiliki popularitas yang besar dan punya basis geografis besar.
"Elektabilitas Top Three yaitu Ganjar, Prabowo, Anies, itu cenderung sticky, karena mereka punya tingkat kedikenalan yang besar, punya nasional platform, umumnya mereka punya basis geografis besar," ujar Burhanuddin pada Rilis Survei Nasional: Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Surnas Terbaru, Minggu (26/3/2023).
Menurutnya Ganjar Pranowo cukup kuat di Jawa Tengah.
Baca juga: Ganjar Pranowo Ajak Istri Keliling Ziarah Makam Walisongo Sebelum Ramadan
Sedangkan Anies Baswedan kuat di DKI Jakarta, Banten dan sebagian Jawa Barat.
Prabowo Subianto sendiri cenderung dikenal di banyak tempat.
Dinamika pergerakan agregat Top Three cenderung naik dari Januari 2022, hingga Maret 2023.
Selain itu, agregat jumlah pemilih kandidat presiden di bawah Top Three malah semakin menurun.
Hal ini yang menurut Burhan juga membuat posisi Top Three sulit digeser, jika tidak ada keajaiban.
"Kalau tidak ada mukjizat kemungkinan sulit untuk terjadi perubahan di tingkat masa mengenai Top Three ini, karena sudah melekat," ujarnya.
Dalam simulasi Pemilu kepada 19 nama Capres, jika pemilihan diadakan sekarang, Ganjar Pranowo masih menduduki posisi teratas, disusul Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Ganjar memimpin dengan angka sebesar 30,8 persen.
Sedangkan Anies dan Prabowo memiliki elektabilitas yang seimbang di level 21,7 persen.
Burhanuddin menganalogikan tren persaingan antara Ganjar, Prabowo, dan Anies mirip seperti pacuan kuda.
Baca juga: Prabowo Menang Lawan Anies Jika Pilpres Dua Putaran dengan Asumsi Ganjar Tak Lolos
Sebab, pada Februari 2020 lalu, Prabowo menjadi capres yang paling unggul, sementara Anies berada di peringkat dua, dan Ganjar di peringkat tiga.
Di bulan Januari 2021, Ganjar menyalip Anies di peringkat kedua.
Setahun kemudian, pada April 2022, Ganjar memuncaki survei dengan menyalip Prabowo.
Prabowo bahkan semakin turun ke peringkat tiga karena juga disalip oleh Anies.
Sebab, sekitar bulan Oktober-November 2022, Anies dideklarasikan oleh Partai Nasdem menjadi capres.
Burhanuddin menyebut elektabilitas Prabowo sebagai calon presiden akhir-akhir ini mengalami kenaikan, imbas dari endorsement Jokowi.
Padahal, tingkat elektabilitas Prabowo sebelum di-endorse Jokowi cenderung menurun.
Bentuk-bentuk endorsement yang dimaksud, menurut Burhanuddin, ialah saat Jokowi menyebutkan tahun 2024
merupakan jatah Prabowo sebagai presiden dan Prabowo seringkali terlihat bersama dengan Jokowi.
"Terus terang kita agak jarang mendapati pola elektabilitas atau dukungan yang menurun kemudian tiba-tiba meningkat. Ini kan elektabilitas Pak Prabowo setahun terakhir kemudian tiba-tiba meningkat dalam beberapa bulan terakhir," katanya.
Ia lantas menampilkan perbandingan hasil analisis survei pendukung Prabowo dan Jokowi pada pemilihan presiden (pilpres) 2019.
Menurut analisis tersebut, pada kalangan pemilih Jokowi sebagai capres 2019, dukungan terhadap Prabowo menjadi capres di pilpres 2024 meningkat sekitar 2 persen, dari 17 persen ke 19 persen.
Padahal, jika Prabowo tidak mendapatkan endorsement dari Jokowi, elektabilitas Prabowo akan terus menurun.
"Jadi kalau enggak ada endorse Jokowi tinggal nunggu waktu, habis (dukungannya). Jika kita bandingkan sebelum ada endorsement dan setelah ada endorsement itu kenaikannya 2 persen, efeknya cukup besar," terangnya.
Sementara itu, Burhanuddin juga memperlihatkan grafik elektabilitas Prabowo sebagai capres 2024 pada pendukungnya sendiri.
Berdasarkan grafik tersebut, elektabilitas pendukung Prabowo menurun drastis sebelum ia mendapatkan endorsement dari Jokowi.
"Untuk pemilih Prabowo 2019 itu efeknya enggak jelas. Yang memilih Pak Prabowo (pada tahun) 2019 itu udah pada lari, bahkan sebelum Anies dicapreskan oleh Nasdem sebagai capres di bulan Oktober," tuturnya.
Mereka yang meninggalkan dukungan terhadap Prabowo, kata Burhanuddin, terutama ialah basis islamis.
Apalagi, setelah Prabowo tergabung dengan kursi pemerintahan.
"Makanya ketika Jokowi endorse Prabowo, efek terhadap pendukung Prabowo itu kecil karena pendukung Prabowo sendiri sudah lari, terutama setelah Prabowo tergabung dengan pemerintah," ucapnya.(Tribun Network/mat/ras/wly)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
MK Registrasi 11 Perkara Sengketa Pilkada dari Sulut, Baso Affandi: Hormati Proses Hukum |
![]() |
---|
Ajukan PHPU Pilkada Sulut ke MK, E2L-HJP Pilih Denny Indrayana Jadi Kuasa Hukum |
![]() |
---|
Menakar Ambang Batas Pertarungan Pilkada Sulut di Mahkamah Konstitusi, Catatan Pengamat Hukum |
![]() |
---|
KPU Tomohon Gelar Bimtek dan Simulasi Aplikasi Sirekap untuk PPK dan PPS Pilkada 2024 |
![]() |
---|
Bawaslu Mitra Sulawesi Utara Minta Media Awasi Tahapan Pilkada, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.