Opini
Tiktok, Sebuah Opium Platform Digital?
Dalam satu dekade terakhir dunia mengalami turbulensi dalam platform digital dengan munculnya Tiktok sebagai platform penantang baru bagi Super App
Yang paling menakutkan, diprediksi sebuah negara yang generasi mudanya sudah dikuasai tiktok atau media sosial lainnya akan terpengaruh otaknya menjadi kurang cerdas sehingga mereka suatu saat akan dikuasai oleh negara tertentu.
Mengapa kita di Indonesia menjadi sasaran empuk dari tiktok? karena sebagian besar pengguna tiktok ada di Indonesia dan Indonesia adalah pasar potensial bagi produk untuk dipasarkan selain keuntungan secara finansial, kita juga akan disasar disabotase perilakunya dengan tujuan keuntungan secara ekonomis.
Ada isu yang mengatakan bahwa tiktok digunakan pemerintah Tiongkok sebagai bentuk balas dendam kepada negara-negara Barat seperti Inggris yang menghancurkan Cina di abad ke-19 dengan menggunakan opium (yang disebut perang opium) untuk memperlemah daya tahan masyarakat China waktu itu, sehingga China mudah dikuasai oleh Inggris untuk menguasai perdagangan waktu itu.
Orang yang kecanduan tiktok akan menghadapi lebih cenderung percaya diri mengekspos diri mereka di tiktok dan bisa mendapatkan keuntungan finansial, tapi sebagian besar di antara mereka tidak memberikan edukasi yang baik karena mereka lebih mempedulikan konten bukan substansi dari pesan yang disampaikan.
Di Indonesia, Sebagian besar netizen lebih cenderung menyukai hal-hal yang menghibur dibanding mengedukasi. Mereka yang selalu dijadikan viral di tiktok adalah mereka yang memiliki konten hiburan yang kurang mendidik, tapi itu sudah menjadi selera pasar.
Apakah tujuan tiktok adalah membelokkan perilaku manusia di seluruh dunia termasuk Indonesia, agar menjadi lebih tidak peduli pada masalah-masalah penting selain entertain? Dengan tiktok kadang manusia hanya berperilaku narsistik dan ingin mendapatkan uang, sehingga banyak cara-cara yang tidak bertanggungjawab masuk ke dalam konten mereka, kalau boleh disebut mereka tidak bertanggungjawab untuk mendidik manusia lain.
Saat ini tiktok memang sudah menjadi semacam opium bagi otak penggunanya, karena manusia terus terhipnotis dengan media sosial ini.
Pertanyaannya, sampai kapan? Apakah sampai dunia dipenuhi dengan orang-orang yang semakin bodoh, hidup dengan kesenangannya sendiri, sehingga tanpa disadari akan menjadi masalah kesehatan mental yang lebih luas di kemudian hari? Tidak ada sebuah platform digital yang bertahan selamanya, demikian pula tiktok.
Tapi, mereka akan meninggalkan bekas kecacatan mental bagi penggunanya karena semakin banyak gejala, stress, cemas, depresi dan bunuh diri di seluruh dunia karena platform digital yang mereka gunakan.
Menjadi manusia yang berpikir untuk kebaikan banyak orang harusnya mendasari kita semua untuk memanfaatkan tiktok secara bertanggungjawab, karena perang siber (cyber war) sudah terjadi saat ini, dan kita dikuasai oleh teknologi yang dibuat oleh manusia yang sudah pasti punya maksud terselubung apalagi secara politik ini dikuasai oleh negara tertentu yang memanfaatkan data secara gratis profil semua penduduk di negara lain, untuk dipakai dan direkayasa sedemikian rupa, agar mereka dapat menginvasi atau melakukan ekspansi kebijakan suatu negara, mengubah perilaku masyarakat suatu negara untuk kepentingan terselubung mereka. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.