Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Tiktok, Sebuah Opium Platform Digital?

Dalam satu dekade terakhir dunia mengalami turbulensi dalam platform digital dengan munculnya Tiktok sebagai platform penantang baru bagi Super App

Editor: David_Kusuma
Dok Tribun Manado
dr Adi Tucunan Mkes 

Oleh : dr Adi Tucunan MKes

DALAM satu dekade terakhir dunia mengalami turbulensi dalam platform digital dengan munculnya Tiktok sebagai platform penantang baru bagi Super App yang lain.

Tiktok hampir mendegradasi dan membuat platform yang lain ditinggalkan. Dalam sebuah tulisan di Harvard business publishing berjudul Tiktok sebuah Super App atau Supernova, tik tok menarik perhatian bagi kompetitor, regulator maupun politisi karena kepemimpinannya dalam dunia platform digital.

Kehadiran tiktok bahkan menyingkirkan para raksasa digital lainnya. Pada dasarnya tiktok lebih menarik perhatian orang-orang di seluruh dunia karena pesannya yang pendek untuk disampaikan dan orang semua orang ingin menunjukkan eksistensinya via tiktok.

Saya tertarik mengulas dampak tiktok bagi kesehatan mental penggunanya, yang di seluruh dunia sudah diakses oleh 155 negara dan ini berkaitan dengan kesehatan mental masyarakat seluruh dunia bukan hanya di Indonesia saja, walaupun Indonesia salah satu negara dengan konsumen tiktok terbanyak.

Pada prinsipnya, tiktok hampir sama dengan platform media sosial lain yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan mental penggunanya, jika digunakan secara tidak bertanggungjawab dan sudah mengalami overuse.

Bahkan ada banyak hasil riset yang sudah menyatakan bahwa tiktok memberikan pengaruh bagi kondisi kejiwaan penggunanya.

Mengapa tiktok menjadi masalah kesehatan mental? Pada dasarnya, penggunaan media sosial yang berada dalam kewajaran secara frekuensi tidak akan menjadi masalah besar bagi kesehatan tapi justru bisa dijadikan alat untuk kampanye banyak hal positif, tetapi menghabiskan lebih banyak waktu dibanding rata-rata kebanyakan orang akan memberikan banyak gejala kesehatan mental bagi penggunanya.

Secara teori, mereka yang kecanduan dengan media sosial seperti tiktok bisa menghasilkan hormon dopamine secara berlebihan karena penggunanya cenderung menjadi terekstasi dengan tiktok, mereka juga cenderung menghasilkan hormon endorphin yang disebut hormon Bahagia.

Jika senyawa kimia berupa neurotransmitter di atas terlalu berlebihan dalam tubuh manusia, ini cenderung akan membahayakan bagi manusia itu sendiri. Contohnya pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa, kebanyakan dalam tubuhnya mengandung hormon dopamine.

Otak manusia sebenarnya didesain untuk mengolah informasi yang lengkap dan panjang agar terus bertahan dalam pekerjaannya karena dengan durasi waktu yang lama, otak manusia bisa mencerna serangkaian informasi secara secara komplit dan terstruktur.

Tapi dengan tiktok yang hanya mengirim pesan pendek, otak manusia seperti dibajak atau disabotase untuk menjalankan peran pentingnya mengolah informasi.

Apa dampaknya? Pengguna tiktok tidak terbiasa mengolah informasi dengan tajam dan analitik, sehingga menghasilkan informasi yang dangkal dan pendek; jangan heran di ranah media sosial banyak hoaks ditelan mentah-mentah karena pengguna media sosial sudah tidak bisa berpikir lagi dengan baik, karena otaknya sudah dibajak.

Pertanyaannya, apakah ini memang diinginkan tiktok supaya orang-orang di seluruh dunia, secara khusus generasi mudanya untuk menjadi lebih tumpul otak dan kecerdasannya karena sudah dipengaruhi secara negatif oleh tiktok? Beberapa informasi menyebutkan bahwa semua informasi dari pengguna tiktok ini sudah dikuasai oleh Pemerintah Tiongkok karena tiktok milik perusahaan dari Tiongkok.

Informasi ini bisa dijadikan sebagai big data untuk mereka olah dalam mempengaruhi kebijakan di suatu negara, atau juga menguasai perilaku generasi mudanya. Sama halnya dengan google, facebook, twitter dan platform digital lainnya yang juga diisukan dikuasai oleh pemerintah AS.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved