Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Ex Philosophia Claritas

Budaya Pop dan Eksistensi Manusia

Banyak orang selalu ingin eksis dalam berbagai media massa, media sosial dan media online, bahkan ini menjadi upaya eksistensial setiap individu

Istimewa
Dominica Diniafiat 

Budaya ini lebih dikenal karena adanya pengaruh media massa dan berbagai faktor lainnya.

Budaya pop itu menjadi penting dan menarik karena merupakan realitas dari masyarakat dan cara atau bagaimana masyarakat mengonsumsi budaya tersebut.

Budaya populer sebagaimana telah diuraikan di atas, tidak terpisahkan dari manusia dan eksistensi manusia.

Banyak dari kita, yang ingin eksis di dalam budaya populer. Maka selanjutnya kita perlu memahami bagaimana eksistensi manusia itu.

Dalam tradisi filsafat, aliran yang memberi perhatian pada eksistensi individu, adalah eksistensialisme. Eksistensialisme atau filsafat eksistensi.

Karl Jaspers, filosof Jerman, dalam karyanya mengatakan bahwa eksistensi ialah hal yang paling berharga dan paling otentik dalam diri manusia.

Eksistensi adalah ‘aku’ yang sebenarnya, yang bersifat unik dan sama sekali tidak objektif.

Eksistensi merupakan penghayatan mengenai kebebasan total, yang merupakan inti manusia.

Selain itu, eksistensi dapat dihayati dan diterangi melalui refleksi filosofis. (Bertens 2014: 190).

Dari uraian singkat ini, eksistensi menjadi sesuatu yang sentral dalam dalam hidup. Sentral karena itu menentukan setiap praktik hidup sang individu.

Eksistensi merupakan bagian dari penghayatan tentang kebebasan si individu itu, yang mana hal tersebut merupakan inti manusia.

Jadi, teorinya secara jelas menitikberatkan kebebasan eksistensial sang individu.

Kendati demikian penting ditempatkan dalam eksistensi sang individu, kebebasan yang dimaksudkan di sini adalah kebebasan yang menunjuk pada: Memilih, menyadari dan mengidentifikasikan diri.

Kebebasan adalah inti kehidupan manusia. ‘Saya’ ada dalam arti kata yang sebenarnya sejauh saya memilih secara bebas.

Karena itu sikap melibatkan diri harus dianggap lebih hakiki bagi eksistensi (nyata) daripada sikap teoritis. (Ibid. 192).

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Relawan Palsu dan Politik Rente

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved