Tajuk Tamu
Penanggulangan Terorisme Melalui Media Sosial di Masa Pandemi Covid-19
Jika media tradisional seperti televisi, radio atau koran dibutuhkan modal yang besar dan tenaga yang banyak, maka lain halnya dengan media sosial.
Penulis: Isvara Savitri | Editor: Rizali Posumah
Laporan internal Polri beberapa bukan terakhir juga menunjukkan terjadinya penangkapan dan penyelidikan terhadap setidak-tidaknya 50 an orang terduga pelaku terorisme dengan centre of gravitynya di Sidoarjo, Surabaya, Serang, Poso dan pandeglang.
Nampaknya jaringan terorisme ini ingin memanfaatkan masa pandemic ini sebagai momentum untuk melakukan “amaliah” dan persiapan serangan.
Praktek terorisme seperti ini, mengingatkan kita pada teroris individual Ephesus masa kuno yang membakar kuil untuk membuat namanya dikenang selamanya.
Sekte Yahudi era 1980an melakukan terorisme karena percaya bahwa tugas mereka untuk menciptakan sebuah bencana untuk memaksa tangan Tuhan.
Kita harus waspada di masa penerapan PSBB di mana program deradikalisasi dan operasi kontra terorisme mengalami banyak hambatan untuk dilaksanakan, maka taktik dan penargetan terorisme pun menggunakan momentum Covid-19 sebagai wahana persiapan serangan terorisme.
Pergerakan jaringan terorisme di masa pandemi ini tidak pernah berhenti.
Sebagian jaringan teror memanfaatkan situasi pandemi untuk melancarkan aksi mereka, mulai dari menyebarkan narasi-narasi provokatif untuk mendelegitmasi kinerja pemerintah melawan Covid-19, merekrut anggota baru dan mendoktrin mereka dengan ideologi jihadnya, sampai melancarkan aksi seperti terjadi baru-baru ini menyebabkan gugurnya satu anggota Polri dan melukai satu Polisi lainnya.
Sementara sang pelaku teror tewas diterjang timah panas petugas.
Peristiwa penyerangan Kantor Polsek Daha Selatan ini seolah membuktikan kekhawatiran pemerintah terhadap ancaman terorisme di masa pandemi Covid-19.
Sejak awal ketika wabah Covid-19 mulai menyebar di Indonesia, pemerintah telah mencium gelagat jaringan teror di sejumlah daerah.
Pandemi Covid-19 Mengurangi Intensitas Radikalisme & Terorisme Atau Sebaliknya?
Kepanikan dan kecemasan publik akibat pandemi dimanfaatkan betul oleh kelompok teroris untuk mempengaruhi publik dengan paham-paham radikal keagamaan.
Salah satu strategi awalnya ialah dengan berupaya meruntuhkan kepercayaan publik pada pemerintah melalui penyebaran berita palsu.
Di sisi lain, jaringan teroris di Indonesia juga memanfaatkan kelengahan pemerintah yang saat ini tengah sibuk melawan Covid-19.
Harus diakui, seluruh kekuatan negara saat ini dikerahkan untuk melawan pandemi dan mengatasi dampak-dampaknya termasuk aparat Polri dan TNI.