Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Membuka Tempat Keramaian, Apakah Tindakan Bijak?

Kenyataan bahwa beberapa tempat keramaian sudah atau akan dibuka, tentu menyulut perasaan galau dan geram, karena situasi yang belum kondusif.

Istimewa
Ambrosius M Loho M.Fil 

Oleh:
Ambrosius M Loho M. Fil
Dosen Universitas Katolik De La Salle Manado
Pegiat Filsafat

PUBLIK dikejutkan oleh rencana pembukaan sejumlah pusat keramaian. Demikian juga, keterkejutan itu muncul dengan aktifnya aktivitas sekian bandar udara di beberapa kota di Indonesia, di saat pandemi Covid-19 belum mereda secara signifikan. Ada yang tanpa komentar, tapi banyak juga yang mencela. Ada yang memilih bungkam, tapi ada yang mungkin saja merasa senang karena akan memudahkan aktivitas seperti biasaya dengan tetap mengingat protokol kesehatan.

Saat ini pun kita harus jujur untuk mengatakan bahwa puncak penyebaran Covid-19 belum diketahui kapan, karena semakin banyak yang diinformasikan terkonfirmasi Covid-19. Apapun itu, kita tidak bisa dengan mudah menerima adanya situasi untuk melonggarkan peraturan demi memutus mata rantai penyebaran virus yang dimaksud.

Dalam salah satu uraian yang pernah penulis publikasikan berjudul “Keutamaan dan Kegiatan Bermakna”, penulis menguraikan pemikiran filsuf Irlandia, Alasdair MacIntyre tentang kegiatan bermakna. Kegiatan bermakna (atau praktik - practice), menunjuk pada setiap bentuk koheren dan kompleks dari kegiatan manusia yang bersifat kooperatif, yang ditetapkan secara sosial, yang terwujud dalam proses atau usaha untuk mencapai patokan-patokan keunggulan. Jadi, kegiatan bermakna seseorang diyakini akan menunjang tumbuhnya keutamaan dalam dirinya, yang mana tujuan keutamaan adalah demi menunjukkan bahwa seseorang menjadi manusia utuh.

Selanjutnya, kegiatan bermakna mengungkapkan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan manusiawi seorang individu, yang dimantapkan secara sosial. Kegiatan bermakna dicapai melalui kegiatan-kegiatan tertentu, yang juga menentukan tujuan yang dikejar. Melalui kegiatan bermakna ini, nilai-nilai internal kegiatan itu terealisasikan.

Kenyataan bahwa beberapa tempat keramaian sudah atau akan dibuka, tentu menyulut perasaan galau dan geram, karena situasi yang belum kondusif. Tidak adakah cara yang lebih bijaksana yang lebih memungkinkan dibandingkan kebijakan itu? Apa sebetulnya yang melatarbelakangi kebijakan ini? Apapun jawabannya, tapi hemat penulis, semuanya akan terkait dengan kegiatan bermakna.

Wali Kota Manado: Pusat Perbelanjaan Wajib Tutup Selama Masa Tanggap Darurat Covid-19

Secara gamblang dapat dikatakan bahwa kegiatan melonggarkan beberapa tempat umum untuk mulai diaktifkan, atas cara tertentu bukanlah sebuah kegiatan bermakna. Mengapa? Karena kegiatan bermakna justru haruslah berupa kegiatan yang mengungkapkan kemampuan manusiawi yang dimantapkan secara sosial. Kegiatan pembukaan pusat keramaian dan lain-lain adalah sebuah kegiatan yang, untuk ukuran tertentu, bukanlah kegiatan yang menunjang program penekanan jumlah penyebaran Covid-19. Kita bisa membayangkan jika kebijakan itu dilaksanakan, apakah tujuan dari kegiatan bermakna bisa tercapai, tentu tidak.

Maka, sebagaimana diuraikan di atas, kegiatan bermakna dicapai melalui kegiatan-kegiatan yang terkait erat dengan tujuan akhir, yakni nilai-nilai internal. Hemat penulis, nilai-nilai internal sebuah kegiatan, adalah tidak mengabaikan rasa kemanusiaan, rasa tanggung jawab, dan terselenggaranya sebuah kehidupan yang normal. Oleh karena itu, demi memperbesar pemahaman tentang kegiatan bermakna, sekurang-kurangnya dapat diuraikan dua macam nilai internal sebuah kegiatan bermakna.

Pertama adalah mutu dan kualitasnya. Hal ini menunjuk pada sebuah kegiatan yang memiliki mutu, bukan hanya untuk pribadi tapi juga untuk orang lain, demikian juga kualitas menunjuk pada kegiatan yang memilliki kualitas. Misalnya di tengah pandemi Covid-19, kita harus selalu mengutamakan mutu dan kualitas dari semua kegiatan kita (baca: perilaku dan tindakan). Praktisnya, melakukan kegiatan yang menjadi program pemerintah berkaitan dengan protokol kesehatan.

Cegah Penularan Covid-19, Pusat Perbelanjaan Mantos dan Mega Mall Tutup

Kedua adalah bahwa kegiatan bermakna bernilai bagi saya. Makin banyak kegiatan bermakna yang saya ikuti, makin bernilailah hidup saya. Hal ini mengartikan bahwa setiap perilaku-tindakan yang memberi nilai hidup bagi saya, itulah yang harus saya praktikkan. Bayangkan jika kita tidak mengindahkan larangan untuk menghindari keramaian, mengurangi aktivitas di luar rumah, yang bukan tidak mungkin, akan memicu penyebaran Covid-19.

Dengan demikian, sebuah kegiatan bermakna mengandaikan standar-standar mutu dan ketaatan terhadap aturan-aturan, demi pencapaian sesuatu yang bermutu dan bernilai. Mutu (excellency) dan nilai itulah yang dimaksud dengan keutamaan. (Bdk. Magnis Suseno 2000: 201 & Poole 1993: 196).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa manusia yang menempatakan keutamaan sebagai kualitas diri, akan mampu membentuk diri yang ‘tahu diri’, dan ‘tahu menempatkan diri’. Pada saat yang sama, sisi integritas dan kejujuran seorang pribadi juga tidak bisa diandaikan begitu saja. Dalam arti, integritas dan kejujuran turut pula mendukung eksistensi keutamaan diri seorang yang bersifat sosial. Marilah kita bertindak bijak, di segala situasi, terlebih ketika sedang memerangi pandemi seperti saat ini. (*)

Pria Mengamuk Karena Dinyatakan Positif Corona, Coba Peluk Orang di Sekitarnya untuk Tularkan Virus

Kisah Hidup Cak Lontong Sebelum Sukses, Pernah Tahan Lapar Tapi Rajin Sisihkan Rejeki untuk Ayahnya

AS Tuduh Cina Bobol Dokumen Vaksin Covid-19

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved