AS Tuduh Cina Bobol Dokumen Vaksin Covid-19
Amerika Serikat (AS) kembali menyerang Cina. Kali ini Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan, ada upaya para aktor siber
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Lodie_Tombeg
TRIBUNMANADO.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) kembali menyerang Cina. Kali ini Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan, ada upaya para aktor siber dan para kolektor nontradisional yang terkait Cina mencuri kekayaan intelektual dan data AS soal Coronavirus disease 2019 (Covid-19).
• USG Perut Gadis Hamil Ada Mirip Ikan, Rumah Sakit Kota Legazpi Janjikan Hal Ini
"Tingkah laku RRC di dunia siber merupakan perpanjangan dari tindakan kontraproduktif mereka selama pandemi Covid-19,“ kata Mike Pompeo, Kamis (14/5) waktu setempat atau Jumat WIB.
Pernyataan Pompeo muncul sehari setelah Biro Investigasi Federal (FBI) dan Departemen Keamanan Dalam Negeri mengeluarkan pernyataan bersama untuk meningkatkan kesadaran terhadap apa yang mereka sebut sebagai ancaman terhadap penelitian terkait Covid-19 dari pelaku yang terkait dengan Cina.
"Sementara Amerika Serikat dan sekutu serta mitra kami mengoordinasikan respons gabungan dan transparan untuk menyelamatkan nyawa, RRC terus membungkam para ilmuwan, jurnalis, dan warga negara, serta menyebarkan informasi sesat, yang memperburuk risiko krisis kesehatan ini," kata Pompeo.
FBI sedang menyelidiki pembobolan digital di organisasi AS oleh aktor siber terkait Cina, yang menurut pantauannya sedang berupaya mengidentifikasi dan secara ilegal mencuri kekayaan intelektual (IP) berharga dan data kesehatan masyarakat terkait dengan vaksin, pengobatan, dan pengujian jaringan dan personel yang berafiliasi dengan penelitian terkait Covid-19.
Pernyataan FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri tidak memberikan penjelasan lebih lanjut tentang identitas target atau pelaku peretasan. Kedutaan Besar Cina di Washington mengecam tuduhan itu dan menyebutnya sebagai kebohongan.
Pompeo menjadi seorang kritikus terhadap Cina dalam pemerintahan Presiden Donald Trump. Ia menuduh Cina menutup-nutupi keadaan pada awal kemunculan wabah dan menolak berbagi informasi. Hubungan antara Washington dan Beijing memburuk secara tajam.
• Pasien Positif Corona Ngamuk & Peluk Orang di Sekitar Saat Dijemput Petugas Medis, AR: Biar Tertular
"FBI mengeluarkan peringatan berdasarkan praduga bersalah dan tanpa bukti," kata Kedubes Cina di AS. Ditambahkan, tuduhan AS itu memotong kerja sama internasional yang sedang berlangsung melawan pandemi.
Penelitian dan data terkait Corona muncul sebagai prioritas intelijen utama bagi peretas dari semua kalangan. Organisasi intelijen barat telah berulang kali membunyikan tanda bahaya terhadap penargetan organisasi kesehatan masyarakat dan farmasi.
Dalam pernyataan terpisah yang dikeluarkan sebelumnya pada Rabu, Kepala Badan Intelijen Selandia Baru mengutuk setiap upaya yang menargetkan infrastruktur penelitian Covid-19.
"Kami menyerukan semua pelaku dunia maya untuk menahan diri dari aktivitas yang dapat membahayakan respons nasional atau internasional terhadap pandemi Covid-19," kata Andrew Hampton, Direktur Jenderal Biro Komunikasi Pemerintah Selandia Baru.
Pekan lalu, muncul laporan mata-mata siber yang memiliki hubungan dengan Iran menargetkan staf di perusahaan obat AS, Gilead Sciences Inc, yang obat antiviralnya terbukti membantu pasien Covid-19.
• Pria Mengamuk Karena Dinyatakan Positif Corona, Coba Peluk Orang di Sekitarnya untuk Tularkan Virus
Pada Maret dan April, melaporkan upaya peretas tingkat lanjut untuk membobol Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ketika pandemi menyebar ke seluruh dunia. (cnn/rtr/feb)