Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Tajuk Tamu Tribun Manado

Menulis Tidak Berakhir pada “The End”

Dengan menulis, kita menghasilkan karya. Dengan bereksperimen melalui media penulisan, kita melukiskan keabadian.

sheknows.com
Ilustrasi 

Mengapa bahasa penting untuk dikedepankan dalam pemahaman kita, karena bahasa adalah salah satu yang mendasari seluruh kegiatan berpikir manusia.

Dan kaitannya erat dengan fakta bahwa dalam realitas setiap saat manusia membutuhkan (menggunakan) bahasa.

Selanjutnya ditegaskan pula bahwa karena peran bahasa yang sangat vital itu, maka tidak terlepas juga adalah peran bahasa tertulis yang nyata lewat buku, majalah, dan pelbagai naskah lainnya. (ibid. 43.)

Kerangka teori di atas, jika itu termasuk dalam dasar teori untuk uraian sebagaimana tujuan penulisan tulisan ini, menguatkan apa yang dilakukan oleh Komunitas Literasi, Arsas Manado, yang digawangi Alfrits Ken Oroh.

Upaya untuk memberi perhatian pada bahasa tulisan, demi sebuah proses pemustakaan (menambah pustaka-referensi) dalam bentuk buku, juga merupakan langkah konkret dalam memberi perhatian pada dasar-sumber pengetahuan.

BCL Pesan Makam Ashraf dan Dirinya

Pada hari Kamis, 6 Februari 2020, Komunitas Arsas menyelenggarakan peluncuran buku sekalian Diskusi Sastra dengan mengangkat tema "Jadi Pengarang Di Jaman Sekarang", dan Budayawan Fredy Wowor dan Sutradara Teater Breyvi Talanggai, menjadi bagian dari pemantik dalam diskusi itu.

Apa hasil yang sekiranya bisa dijadikan sasaran utama diskusi itu? Tentu saja menjadi seorang penulis, pengarang, dan seniman di bidang sastra.

Dengan menulis, kita menghasilkan karya.

Dengan bereksperimen melalui media penulisan, kita melukiskan keabadian.

Maka, karena fakta itu, kita kemudian akan sampai pada kesimpulan bahwa ingatan akan dilipatgandakan, demikian juga khazanah ilmu pengetahuan kita ditambahkan, dari dan melalui menulis.

Dalam status yang demikian, hemat penulis, sumber pengetahuan bukan semata-mata ada pada hasil karya, seperti selesainya tulisan-tulisan itu lalu diterbitkan menjadi semisal buku, tapi yang terpenting adalah kultur menulis yang harus berlangsung terus sepanjang hayat.

Manajemen Sulut United Sowan ke Gubernur Olly Dondokambey, Sampaikan Persiapan Liga 2 2020

Hal itu sebetulnya telah nyata dalam diri para filsuf yang karya-karyanya tetap abadi sampai kini.

Walaupun dunia semakin maju dan ilmu pengetahuan semakin tidak tertahankan untuk terus bergerak, karya-karya mereka tetap abadi dan termaktub di sana.

Kita pantas dan layak belajar dari mereka.

Dalam kapasitas sebagai orang yang sementara merintis menjadi pengarang di zaman sekarang, sebagaimana tema diskusi yang juga melibatkan penulis, penulis pun memiliki keyakinan yang sama bahwa untuk berkarya harus dimulai dari keberanian untuk menulis.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved