Tajuk Tamu Tribun Manado
Inflasi Rasa Dabu-dabu
Yang menarik dari “prestasi” Manado menjuarai inflasi di Indonesia adalah tomat sayur selalu hadir dan menjadi yang pertama dalam mendongkrak inflasi.
Oleh:
Ahmad Yeyen Fidyani SST MSE.
Statistisi Ahli Pertama BPS Kota Manado
TEPAT sepekan yang lalu, 1 November 2019, BPS Provinsi Sulawesi Utara merilis angka inflasi Kota Manado Oktober 2019 yang menyentuh angka 1,22 persen. Angka ini merupakan inflasi tertinggi, bukan hanya di pulau Sulawesi tetapi juga di Indonesia.
Inflasi Kota Manado jauh di atas angka nasional yang hanya menyentuh 0,22 persen. Sepanjang tahun 2019 ini Kota Manado telah dua kali menyabet inflasi tertinggi di Indonesia.
Sebelumnya pada bulan Juni 2019 Kota Manado juga menduduki peringkat pertama dalam kenaikan harga-harga di Indonesia, yaitu dengan tingkat inflasi sebesar 3,60 persen. Sementara inflasi nasional menunjukan angka 0,55 persen.
Jika menilik lebih jauh kepada kelompok penyumbang inflasi Kota Manado pada bulan Oktober 2019 ini, maka kelompok bahan makanan merupakan penyumbang terbesar inflasi Kota Manado.
Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi sebesar 1,2094 persen. Sedangkan komoditas yang memberikan sumbangan inflasi berturut-turut: tomat sayur sebesar 0,8575 persen; cabai rawit sebesar 0,4278 persen; serta diikuti beberapa komoditas lainnya. Meskipun ada beberapa komoditas yang mengalami deflasi (penurunan tingkat harga).
• BI Optimistis Inflasi Sulut 2019, 3,5 Persen, Waspadai Pembalikan Harga Tomat di Akhir Tahun
Seperti déjà vu kelompok penyumbang terbesar inflasi Kota Manado pada bulan Juni 2019 lalu adalah kelompok bahan makanan dengan angka menyentuh 3,4927 persen.
Dan jika ditilik lebih jauh, lagi-lagi tomat sayur merupakan komoditas yang memberikan sumbangan inflasi terbesar dengan menyentuh angka 3,4514 persen, diikuti oleh beberapa komoditas lainnya.
Yang menarik dari “prestasi” Kota Manado dalam menjuarai inflasi di Indonesia adalah tomat sayur selalu hadir dan menjadi yang pertama dalam mendongkrak angka inflasi, diikuti oleh cabai rawit (rica).
• Wawancara Khusus Kepala BPS Sulut, Kunci Agar Inflasi tak Melesat, Kendalikan Harga Rica Tomat
Mengapa demikian? Karena dua komoditas ini merupakan komoditas yang paling tidak stabil harganya, sedangkan yang dicatat dalam penghitungan inflasi adalah perubahan harganya, apakah naik atau turun.
Sebagai contoh mungkin kita bisa temui harga tomat pada bulan tertentu cukup murah yaitu 5 ribu rupiah per kilogram, tetapi pada bulan berikutnya bisa mencapai 25 bahkan sampai 40 ribu rupiah per kilogram.
Pun demikian dengan rica yang kadang pada bulan tertentu harganya hanya 25 ribu rupiah per kilogram, tetapi pada bulan berikutnya bisa mencapai 100 hingga 120 ribu rupiah.
• Melonjaknya Harga Tomat dan Cabai Dorong Inflasi Sulut di Oktober 2019, Tertinggi Nasional!
Sehingga setelah 2–3 bulan harga tomat dan rica kembali ke harga normal akan mengakibatkan deflasi yang cukup signifikan juga.
Selain alasan historis atau siklus tersebut, alasan lain kenapa tomat dan rica bisa menjadi key factor dalam inflasi Kota Manado adalah keduanya merupakan komoditas yang paling dicari di Sulawesi Utara, hal ini dapat dilihat dari konsumsinya yang sangat besar.
Sesuai dengan pernyataan Kepala BPS Provinsi Sulawesi Utara Ateng Hartono dalam wawancaranya dengan Tribun Manado pada Rabu, 6 November 2019.
• Harga Rica Turun, Tapi Ada Perberdaan Jauh antara Harga di Pasar Karombasan dan Pasar Bersehati
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa tomat dan rica merupakan bahan utama dalam membuat dabu-dabu (sambal khas Sulawesi Utara) selain bahan penunjang lainnya seperti bawang merah atau lainnya.
Kata orang Sulawesi Utara, “makan kurang mantap kalau belum pakai dabu-dabu”. Sehingga tidak heran jika makan tinutuan pakai dabu-dabu, makan mi cakalang pakai dabu-dabu, makan milu siram pakai dabu-dabu, makan pisang goreng pakai dabu-dabu, dan lain sebagainya.
Tentunya faktor distribusi kedua komoditas ini juga sangat berpengaruh dalam menentukan inflasi Kota Manado, mulai dari petani sebagai produsen tomat dan rica, tengkulak (pedagang pengepul) sebagai distributornya, serta pedagang eceran yang menyampaikan langsung ke tangan konsumen.
• Harga Rica Tembus Rp 100 Ribu Selama Sepakan Terakhir, Umar Enggan Naikkan Harga Makanan
Oleh karena itu, Ateng Hartono menambahkan bahwa untuk menjaga harga kedua komoditas ini agar tetap stabil adalah harus ada keseimbangan antara permintaan dan penawaran (ketersediaan).
Jika dari sisi petani produksinya memang kurang melimpah, baik dipengaruhi oleh musim atau cuaca, maka akan berpengaruh pada pasokan/ketersediaan sedangkan konsumsi tomat dan rica di Sulawesi Utara tetap stabil, maka akan terjadi kelangkaan yang akan menyebabkan kenaikan harga.
Begitu pun dari sisi pedagang pengepul maupun pedagang eceran, jangan sampai ada diantara mereka yang sengaja menumpuk dua komoditas ini dan baru akan menjualnya saat harga melambung tinggi hanya untuk mencari keuntungan yang banyak.
• September 2019, Kota Ini Inflasi 1,09 Persen, Lagi-lagi karena Tomat
Ini adalah tugas kita bersama, khususnya menjelang Natal dan Tahun Baru yang akan kita jumpai dalam waktu kurang dari dua bulan lagi.
Belajarlah dari beberapa tahun yang lalu di mana inflasi Kota Manado pada bulan perayaan Natal dan Tahun Baru tidak terlalu tinggi yaitu hanya 0,78 persen pada Desember 2018 dan 0,51 persen pada bulan Desember 2017. Bahkan pada Desember 2016 justru mengalami deflasi sebesar 1,52 persen. (*)
• Tokoh NU Sulawesi Utara Ilhamsyah Bason Meninggal Dunia
• AA Maramis Jadi Pahlawan Nasional: Presiden Apresiasi Perjuangan ODSK
• Barbie Kumalasari Pikirkan untuk Gugat Cerai Galih Ginanjar, Ditanya Ingin Ganti Pasangan: Iya