Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Editorial Tribun Manado

Tiga Persoalan Utama Kota Manado

Dalam satu seminar di Universitas Sam Ratulangi, Mei 2019, Wali Kota Manado Vicky Lumentut mengungkapkan tiga persoalan yang dihadapi Manado.

dok
Mobil saling bertumpukan pascabanjir bandang di Manado, Kamis (16/1/2014). 

DALAM satu seminar di Universitas Sam Ratulangi, Mei 2019, Wali Kota Manado Vicky Lumentut mengungkapkan tiga persoalan yang dihadapi Manado, yakni kemacetan, sampah, dan banjir. Ketiganya, menurut dia, berkaitan dengan kata ‘banjir’.

"Bagi saya ketiganya itu adalah masalah banjir. Banjir kendaraan yang membuat kemacetan, banjir sampah yang membuat Kota Manado baru-baru ini mendapatkan predikat kota terkotor di Indonesia, dan banjir yang seperti kemarin kita rasakan," kata Vicky.

Lima tahun lalu Manado mengalami banjir bandang. Dampaknya sangat besar. Ribuan bangunan rusak, bahkan ada yang tergusur banjir. Bahkan, bencana tersebut juga merenggut 19 nyawa. Total kerugian ditaksir mencapai Rp 1,8 triliun.

Badan Nasional Penanganan Bencana (BNPB) menyebutkan pemicu banjir bandang adalah kombinasi antara faktor alam dan antropogenik atau pencemaran yang terjadi karena ulah manusia.

Setelah banjir bandang 2014, kejadian serupa kerap melanda Manado. Februari 2019, banjir kembali datang. Tercatat ribuan orang terdampak banjir dan longsor di Manado saat itu.

Upaya meminimalkan dampak banjir memang ada, seperti normalisasi sungai. Namun usaha ini tersendat-sendat.

Pemerintah menyebut permasalahannya soal pembebasan lahan. Solusinya memang terus melobi masyarakat pemilik lahan untuk menerima ganti rugi. Pilihan solusi lainnya adalah tegas menindak dengan paksaan; penggusuran.

Baca: Data Longsor dan Banjir di Manado: 892 Unit Rumah Rusak dan 18.885 Jiwa Jadi Korban, 4 Meninggal

Baca: Viral Video Detik-detik Evakuasi Sejumlah Bocah saat Banjir di Manado, Berlangsung Menegangkan!

Masalah selanjutnya adalah kemacetan. Di jam-jam dan areal tertentu, kemacetan menjadi keluhan masyarakat Manado.

Kian mudahnya mendapatkan kendaraan serta kemampuan ekonomi masyarakat, masalah ini tak akan bisa dimungkiri. Apalagi jika sarana seperti jalan juga tak bertambah.

Rekayasa jalan menjadi solusi jangka pendek, sementara untuk jangka panjang, pemerintah sudah membangun jalang lingkar. Tentu pembangunan jalan lingkar ini memerlukan waktu.

Selain banjir dan kemacetan, masalah lain menurut Wali Kota Manado adalah sampah. Pemerintah Kota Manado sempat dikagetkan dengan predikat kota terkotor setelah beberapa tahun-tahun sebelumnya kota ini mendapat Piala Adipura.

Pengelolaan sampah di Manado dianggap buruk. Direktorat Pengelolaan Sampah Ditjen PSLB3 Kementerian menyebutkan, sistem TPA sebagai sistem utama yang menampung hilir sampah Kota Manado tidak berfungsi dengan baik.

Wakil Wali Kota Manado Mor Bastiaan beralasan TPA di Sumompo penuh pascabanjir 2014 lalu.

Menurut dia, TPA di Sumompo tidak memungkinkan lagi menggunakan sistem sanitary landfill. Solusi, Pemkot Manado berharap TPA Regional di Ilo-ilo, Minahasa Utara bisa segera berfungsi.

Baca: Persoalan Klasik Sampah di Manado, Pahlano Daud: Ubah Prilaku dan Gaya Hidup

Baca: Tanggung Jawab Sampah di Manado ada Pada Kecamatan

Banjir, kemacetan, sampah, merupakan masalah klasik yang menimpa kota. Selain, persoalan sosial, seperti pengangguran dan kriminalitas. Tentu tidak gampang menyelesaikan tiga masalah tadi. Tapi, kuncinya, persoalan-perseolan tadi ada di perencanaan tata kota.

Halaman
12
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Tradisi Budaya dan Teknologi

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved