Persoalan 'Klasik' Sampah di Manado, Pahlano Daud: Ubah Prilaku dan Gaya Hidup
Masalah sampah juga sudah bukan lagi sekadar masalah kebersihan dan lingkungan, tetapi sudah menjadi masalah sosial.
Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Fransiska_Noel
JR Pahlano Daud
Peneliti dan Dosen Marine Ecotourism,
Politeknik Negeri Manado.
TRIBUNMANADO.CO.ID - Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Karena setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah.
Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang mengkhawatirkan dan mendesak di Sulawesi Utara, sebab bila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan yang merugikan, mencemari tanah, air dan udara sehingga berdampak pada nilai estetik dan kesehatan manusia.
Masalah sampah juga sudah bukan lagi sekadar masalah kebersihan dan lingkungan, tetapi sudah menjadi masalah sosial yang mampu menimbulkan konflik seperti di TPA Leuwigajah-Cimahi dan di Bojong-Bogor, Jabar.
Penanganan dan pengendalian sampah yang benar tentunya dimulai dari daratan tempat pemukiman yang merupakan pusat aktivitas manusia.
Pengelolaan sampah di daratan merupakan kunci keberhasilan secara menyeluruh, lingkungan sekitarnya seperti sungai dan laut merupakan indikator keberhasilan tersebut.
Jumlah atau volume sampah adalah sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang digunakan sehari-hari.
Demikian juga jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang kita konsumsi.
Karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari `pengelolaan' gaya hidup masyarakat.
Peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh pada volume sampah.
Ketika populasi penduduk masih relatif sedikit dan kebutuhan industri terhadap ruang masih relatif rendah, pembuangan sampah dengan pola pengelolaan konvensional memadai untuk dilakukan.
Saat ini, dengan meningkatnya tekanan populasi penduduk, perkembangan industri dan terjadinya urbanisasi yang mengacaukan tatanan kota, sistem pengelolaan sampah konvensional sudah tidak sesuai lagi.
Permasalahan yang ada saat ini adalah tingginya biaya operasional dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangannya.
Akibatnya, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang hampir 50 persen dari seluruh produksi sampahnya, sisanya ditangani dan dibuang sembarangan diselokan, sungai, pantai dan lainnya.