Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Keracunan Makanan di Tomohon

Permintaan Orang Tua Mahasiswa UKIT Setelah Kasus Dugaan Keracunan Makanan

Sejumlah orang tua mahasiswa Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) menyampaikan kekecewaan

Penulis: Tim Tribun Manado | Editor: Chintya Rantung
Fernando Lumowa/Tribun Manado/Dok. Polres Tomohon
MAHASISWA KERACUNAN - Kolase foto Suasana di Fakultas Teologi UKIT di Tomohon, Sulawesi Utara, Jumat (12/9/2025) dan Mahasiswa yang melakukan perawatan akibat keracunan makanan. Permintaan orang tua mahasiswa UKIT setelah kasus dugaan keracunan makanan. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Sejumlah orang tua mahasiswa Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) menyampaikan kekecewaan terhadap sistem penyediaan makanan yang dinilai tidak hanya kurang berkualitas, tetapi juga minim pengawasan.

“Kalau usul kami, biaya makan Rp 5 juta per semester itu dihapus saja. Kami orang tua yang sediakan makanan sendiri untuk anak kami,” ujar salah satu orang tua mahasiswa semester satu kepada Tribunmanado.com, Minggu (14/9/2025).

Tak hanya menyoal uang makan, orang tua lain yang tinggal di Tondano juga meminta kampus melibatkan tenaga profesional, seperti ahli gizi, dalam proses penyusunan menu makanan.

Ia pun setuju jika uang makan tersebut dihapus.

Sebab sangat memberatkan.

"Anak saya masuk pertama harus bayar Rp 18 juta," katanya.

Pengakuan Mahasiswa

Salah satu korban, Kevia, mahasiswi asal Tondano, Minahasa, masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum GMIM Bethesda Tomohon usai mengalami gejala keracunan pada Rabu (10/9/2025) malam.

Meski belum sepenuhnya pulih, Kevia sudah menyatakan keinginannya untuk kembali ke asrama dan melanjutkan kuliah.

"Mungkin sore sebentar atau besok sudah bisa pulang ke rumah untuk beristirahat," ujarnya melalui sambungan telepon, Sabtu (13/9/2025).

Kevia mengakui bahwa dirinya sempat trauma akibat kejadian tersebut.

Namun ia menegaskan bahwa cita-citanya menjadi pendeta menjadi alasan utama dirinya ingin segera kembali ke asrama.

"Trauma pasti ada, tapi saya harus kembali. Saya kuliah di sini karena saya punya tujuan. Saya ingin jadi pendeta," katanya.

Mulai pekan depan proses perkuliahan di UKIT dilakukan secara daring selama satu minggu.

Hal senada diungkapkan Swetly, mahasiswi semester 1 asal Minahasa Utara.

Meski sempat mengalami gejala sakit perut usai makan di asrama, ia tetap menantikan kepulangannya ke tempat tersebut minggu depan.

Swetly juga menceritakan bahwa malam sebelum kejadian, mahasiswa mengonsumsi makanan berupa tahu, tempe, dan sayur kol cah.

Banyak mahasiswa mengalami gejala seperti muntah, diare, hingga pingsan.

Ia sendiri sempat merasakan sakit perut, namun kondisinya membaik setelah minum susu.

"Tahunya sudah asam. Tapi saya yakin pihak kampus akan lebih hati-hati ke depan," tambahnya.

Salah satu mahasiswa lain yang ditemui di RS Bethesda juga mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke asrama, meski sebelumnya hampir pingsan saat berada di ruang kelas keesokan harinya setelah makan malam.

"Saya tetap ingin lanjut. Kami memang diberi menu berbeda tiap hari, dan saya harap ke depan kualitasnya dijaga," ungkapnya.

Pihak UKIT Tanggung Biaya Rumah Sakit

Pihak Manajemen Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) akhirnya buka suara terkait puluhan mahasiswa Fakultas Teologi yang diduga mengalami keracunan massal di asrama putra-putri pada Kamis (11/9/2025).

Dekan Fakultas Teologi UKIT, Pdt Denny Tarumingi, membenarkan mahasiswanya diduga mengalami keracunan.

Para dosen sudah ke Rumah Sakit Umum GMIM Bethesda dan Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon untuk mendampingi mahasiswa yang menjadi korban.

"Kita sudah turun langsung ke rumah sakit sejak hari Rabu hingga hari ini untuk mendampingi mahasiswa kami," jelasnya.

UKIT akan bertanggung jawab penuh terkait biaya rumah sakit.

"Untuk biaya perawatan di rumah sakit kita akan tanggung semuanya. Semua akan dimaksimalkan," tuturnya.

Denny mempercayakan penyelidikan kepada dinas terkait dan kepolisian.

"Kita tunggu saja hasilnya karena dari Dinas Kesehatan dan Polres Tomohon juga telah turun," pungkasnya.

Polisi Periksa 12 Saksi

Pihak Polres Tomohon memeriksa 12 saksi terkait kasus keracunan massal mahasiswa Teologi UKIT Tomohon, Kamis (11/9/2025).

Kasat Reskrim Polres Tomohon Royke Mantiri menuturkan, sebanyak delapan saksi berasal dari dapur asrama.

"Kami periksa koki, orang dapur dan pihak yang membeli bahan makanan," kata dia kepada Tribunmanado.com Jumat (12/9/2025).

Pihaknya juga telah memintai keterangan korban keracunan.

Total ada empat pasien yang ditanyai terkait kasus tersebut.

Sebut dia, pihaknya juga sudah mengambil sampel makanan berupa tempe, sayuran dan penyedap rasa untuk diperiksa di labfor.

"Para korban ternyata makan makanan yang sama untuk menu pagi, siang dan sore," katanya.

Ia menyatakan, para mahasiswa dirawat di RS Bethesda dan Gunung Maria.

Ada mahasiswa yang jalani rawat inap, rawat jalan dan dipulangkan. 

Bebernya data sementara terdapat 68 mahasiswa yang alami keracunan.

Namun, sebut dia, data bisa saja bertambah. "Anggota masih melakukan pendataan," kata dia.

Tentang UKIT

UKIT adalah Universitas Kristen Indonesia Tomohon, sebuah perguruan tinggi swasta berbasis Kristen Protestan di Tomohon, Sulawesi Utara.

UKIT didirikan pada 20 Februari 1965, yang sebelumnya merupakan integrasi dari Perguruan Tinggi Theologia (PPTh) yang didirikan oleh Pdt AZR Wenas pada 7 Oktober 1962. 

UKIT menawarkan berbagai program studi melalui tujuh fakultas dan berupaya menghasilkan lulusan yang kompeten, berintegritas, serta memiliki kontribusi bagi gereja dan masyarakat.  

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Manado dan Google News Tribun Manado untuk pembaharuan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved