Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Catatan Wartawan

Kacang Anti Kamboja

Willy dan Brenda lebih pas jadi bintang film atau foto model idola remaja. Tapi kedua pasangan ini menjalani profesi yang tak biasa. 

|
Penulis: Arthur_Rompis | Editor: Rizali Posumah
Arthur Rompis/Tribunmanado
KACANG REBUS - Willy dan Brenda penjual kacang rebus di seputaran Pasar 45 Manado, Sulawesi Utara. 

TRIBUNMANADO.CO.ID - Satunya ganteng. Satunya lagi cantik.

Willy dan Brenda lebih pas jadi bintang film atau foto model idola remaja.

Tapi kedua pasangan ini menjalani profesi yang tak biasa. 

Menjual kacang rebus.

Keduanya mangkal di depan New Bendar, Pasar 45 Manado, Sulawesi Utara

Waktu jualannya pada malam hari.

Saya menjumpai keduanya beberapa waktu lalu. 

Kala itu, Brenda tengah l seorang diri merapikan tumpukan kacang.

Brenda ramah tapi agak pemalu.

Usianya belum 19 tahun. Suaminya lebih tua setahun.

"Sudah setahun kami jualan kacang," katanya.

Brenda mengaku menjual kacang rebus sedari sore hingga larut malam. 

Jika pelanggan banyak, bisa sampai pukul 1 pagi. 

Tak ada waktu libur bagi Brenda.

"Kami libur jika kacang tak ada," katanya.

Jualan kacang rebus pada malam hari di pusat kota Manado tentu mengandung resiko. 

Tingkat kriminalitas di Manado cukup tinggi.

Pencurian, kekerasan, rudapaksa hingga pembunuhan sudah akrab di telinga warga Manado

Pelaku kejahatan mengincar warga, apalagi yang bekerja di malam hari. Tapi ia tak kuatir.

"Ada suami yang setia menemani," katanya.

Meski demikian, aku dia, ada saja pelanggan pria yang coba menggodanya. 

"Meski itu hanya biasa saja, iseng," kata dia. Seorang pria muncul dari arah TKB. Dialah Willy. Ganteng.

Jika dihitung skala kegantengannya, mungkin 8 dari 10. 

Sikap Willy sebelas dua belas dengan istrinya. 

Sama - sama ramah. Hanya dia lebih terbuka. 

Di tangan Willy ada bungkusan berisi minuman. Dia menyerahkannya pada Brenda.

Menjual kacang rebus adalah pekerjaan sulit. Mereka musti tahan berdiri berjam - jam, menghadapi berbagai macam karakter pembeli plus hawa dingin yang menusuk tulang.

Tapi kebersamaan keduanya membuat pekerjaan itu terasa mudah.

Lagak kedua pasutri ini lebih mirip orang pacaran sambil jualan.

Ditanya alasan memilih jadi penjual kacang, Willy menjawab dengan blak - blakan, tanpa ada kesan untuk membuatnya dramatis.

"Ya karena banyak orang jualan kacang, jadi kami ikut saja," kata dia.

Pilihan itu datang begitu saja. Begitu usai sekolah, keduanya bersama - sama dan memutuskan jadi penjual kacang.

Ini ibarat jalan pedang. 

Di saat anak muda seumuran mereka memilih melanjutkan kuliah atau mungkin santai dulu, keduanya telah menetapkan diri untuk berwirausaha.

"Awalnya memang sulit, tapi dengan bekal motivasi kuat, semua bisa tertangani dengan baik," katanya.

Pendapatan sebagai penjual kacang tak menentu. Kadang dapat banyak. Kadang juga seret.

"Tergantung stok kacang sih, jika kacang banyak per hari bisa 200 an ribu," katanya.

Sebutnya, penghasilan dari usaha menjual kacang digunakan untuk membiayai kehidupan pasutri baru ini. Terutama mengongkosi anak mereka yang masih balita.

"Ia dijaga orang tua kami," katanya.

Keberadaan pasangan ini kadang membersitkan tanya. 

Masih muda, ganteng dan cantik pula, kok jualan kacang ?

"Yang penting kan halal, untuk apa gengsi," kata dia sambil tersenyum.

"Yang malu kalau kita korupsi," katanya.

Beberapa hari yang lalu saya meliput acara Job Fair.

Saya sedikit terkejut melihat sedikitnya peminat.

Dengan masih tingginya tingkat pengangguran, mustinya ajang seperti ini super padat.

Masih lebih "ramai" yang ke Kamboja. Hampir tiap hari ada saja warga Sulut yang digagalkan aparat keamanan ke Kamboja di Bandara Sam Ratulangi.

Ini berarti kaum muda tak mau merangkak dari bawah di kampung sendiri, tapi hanya ingin 
berjaya secara instan di Kamboja. 

Mungkin mereka perlu ke Pasar 45 dan menyantap kacang "anti Kamboja" yang dijual Brenda dan suaminya.

 

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Ketika Penegak Jadi Pemeras

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved