Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Decoding dalam Dunia Struktur dan Konstruksi

Secara sederhana, decoding adalah proses membaca, memahami, dan menginterpretasikan informasi teknis yang ada dalam berbagai bentuk data

Editor: David_Kusuma
Dok Pribadi
Dwars Soukotta 

Penulis: Dwars Soukotta (Dosen Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Manado)

Pendahuluan
Dalam dunia struktur dan konstruksi, istilah decoding memiliki peran yang sangat penting. Secara sederhana, decoding adalah proses membaca, memahami, dan menginterpretasikan informasi teknis yang ada dalam berbagai bentuk data. Data ini bisa berupa gambar kerja, spesifikasi material, data sensor, hingga model digital yang kompleks. Bayangkan seperti menerjemahkan bahasa asing menjadi bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti dan bisa langsung dipraktikkan di lapangan.

Proses decoding ini bukan hanya soal membaca data secara harfiah, tapi juga mengubah informasi teknis yang tersembunyi menjadi pemahaman yang nyata dan bisa diterapkan. Jadi, decoding ibarat jembatan yang menghubungkan data teknis yang abstrak dengan tindakan konstruksi yang konkret dan terukur.

Konsep decoding ini bisa dipahami lebih dalam lewat teori semiotika, yang menekankan pada proses interpretasi tanda dan simbol dalam komunikasi. Dalam konteks ini, decoding adalah kebalikan dari encoding, yaitu proses penerimaan dan pemahaman pesan yang sudah dikodekan sebelumnya.

Stuart Hall, seorang ahli komunikasi, menjelaskan bahwa decoding adalah proses di mana penerima pesan menginterpretasikan dan memberi makna pada pesan yang diterima, dalam hal ini berupa data teknis dan gambar kerja dalam konstruksi. Kesalahan dalam proses ini bisa berakibat fatal, mulai dari kesalahan konstruksi hingga risiko keselamatan yang serius.

Dalam praktik konstruksi, decoding mencakup banyak hal. Mulai dari membaca gambar kerja yang berisi informasi geometris, material, dan beban struktur, hingga menginterpretasikan data sensor yang memberikan informasi real-time tentang kondisi struktur seperti tegangan, getaran, dan deformasi.

Seiring kemajuan teknologi, decoding juga melibatkan pemahaman model digital seperti Building Information Modeling (BIM) yang mengintegrasikan berbagai data teknis dalam satu platform digital. Jadi, decoding bukan hanya soal memahami gambar atau data, tapi juga mengolah informasi tersebut menjadi keputusan dan tindakan yang tepat untuk memastikan keamanan, efisiensi, dan keberlanjutan proyek konstruksi.

Pentingnya decoding dalam dunia konstruksi tidak bisa dianggap remeh. Proses ini adalah fondasi utama untuk memastikan setiap elemen struktur dibangun sesuai desain dan standar yang sudah ditetapkan. Tanpa decoding yang akurat, risiko kesalahan dalam pelaksanaan sangat tinggi. Ini bisa menyebabkan pemborosan biaya, keterlambatan proyek, bahkan kegagalan struktural yang membahayakan keselamatan manusia. Selain itu, decoding juga membantu meningkatkan efisiensi kerja dengan meminimalkan kesalahan komunikasi antar pihak yang terlibat, seperti arsitek, insinyur, kontraktor, dan tukang lapangan.

Lebih jauh lagi, decoding memungkinkan adaptasi terhadap perubahan dan dinamika di lapangan. Misalnya, saat terjadi perubahan desain atau kondisi lapangan yang tak terduga, kemampuan membaca dan memahami informasi baru secara cepat dan tepat sangat menentukan keberhasilan proyek. Di era digital saat ini, decoding juga menjadi kunci dalam memanfaatkan teknologi canggih seperti sensor cerdas dan Internet of Things (IoT) yang menghasilkan data dalam jumlah besar dan kompleks. Proses decoding yang efektif memungkinkan data tersebut diolah menjadi informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan yang lebih baik dan prediktif.

Singkatnya, decoding dalam dunia struktur dan konstruksi adalah proses yang kompleks dan multidimensional. Ia menggabungkan aspek teknis, kognitif, dan teknologi. Proses ini tidak hanya melibatkan tukang atau pekerja lapangan, tapi juga seluruh ekosistem profesi konstruksi yang harus mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif melalui pemahaman bersama terhadap data teknis.

Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang decoding sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan keberhasilan proyek konstruksi di masa depan, terutama dalam menghadapi tantangan digitalisasi dan modernisasi industri konstruksi saat ini dan yang akan datang.

Teknik Decoding Konvensional pada Tukang Tradisional
Dalam dunia konstruksi tradisional, teknik decoding yang digunakan oleh tukang atau pekerja lapangan masih sangat bergantung pada metode konvensional yang diwariskan secara turun-temurun. Teknik ini melibatkan kemampuan membaca dan memahami gambar kerja, cetak biru, serta instruksi teknis secara manual, yang kemudian diterjemahkan menjadi tindakan nyata di lapangan. Keahlian ini tidak hanya didasarkan pada pengetahuan teori, tetapi juga pengalaman praktis yang diperoleh selama bertahun-tahun bekerja di lapangan.

Bayangkan tukang tradisional seperti seorang pembaca peta yang harus memahami setiap simbol dan tanda di peta tersebut untuk menemukan jalan terbaik. Mereka mengandalkan kemampuan visual dan pemahaman spasial untuk menginterpretasikan gambar kerja yang sering kali berupa gambar dua dimensi dengan berbagai simbol dan notasi teknis.

Mereka harus mampu "membaca" gambar tersebut untuk mengetahui dimensi, jenis material, posisi elemen struktur, serta urutan pelaksanaan pekerjaan. Proses ini sangat bergantung pada pengalaman dan intuisi tukang, yang memungkinkan mereka menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi nyata di lapangan, seperti ketidaksesuaian tanah, cuaca, atau perubahan kecil dalam desain yang belum terdokumentasi secara resmi.

Salah satu keunggulan teknik decoding konvensional adalah kemampuannya untuk beradaptasi secara langsung dengan situasi lapangan. Tukang yang berpengalaman dapat melakukan improvisasi dan penyesuaian tanpa harus menunggu instruksi tertulis ulang, sehingga pekerjaan dapat terus berjalan meskipun ada kendala teknis atau perubahan mendadak. Selain itu, komunikasi antar tukang dan mandor yang menggunakan bahasa sehari-hari dan pengalaman bersama juga mempermudah koordinasi tanpa harus bergantung pada teknologi digital.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Tradisi Budaya dan Teknologi

 

Rumah Kopi Jiwa 

 

Kacang Anti Kamboja

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved