Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Opini

Decoding dalam Dunia Struktur dan Konstruksi

Secara sederhana, decoding adalah proses membaca, memahami, dan menginterpretasikan informasi teknis yang ada dalam berbagai bentuk data

Editor: David_Kusuma
Dok Pribadi
Dwars Soukotta 

Sensor IoT juga digunakan untuk memantau kondisi jembatan, gedung pencakar langit, dan infrastruktur kritis lainnya secara real-time, memberikan data yang dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan melalui platform digital berbasis cloud. Selain itu, penggunaan drone yang dilengkapi kamera dan sensor juga membantu dalam pengumpulan data visual dan topografi yang kemudian di-decode untuk perencanaan dan pengawasan proyek.

Dengan demikian, teknik decoding digital tidak hanya meningkatkan akurasi dan efisiensi dalam interpretasi data konstruksi, tetapi juga membuka peluang baru dalam manajemen proyek yang lebih responsif dan adaptif terhadap perubahan kondisi lapangan.

Transformasi digital ini menuntut para pekerja konstruksi, termasuk tukang tradisional, untuk mengembangkan keterampilan baru dalam memahami dan menggunakan teknologi digital agar dapat berkontribusi secara optimal dalam proyek-proyek masa depan. Pengembangan teknik decoding digital ini menjadi fondasi penting dalam mewujudkan konstruksi yang lebih cerdas, aman, dan berkelanjutan, sekaligus menjawab tantangan kompleksitas proyek yang semakin meningkat di era modern ini 

Perbandingan Teknik Decoding Konvensional dan Digital serta Tantangan Adopsi
Dalam dunia konstruksi, teknik decoding terbagi menjadi dua pendekatan utama: konvensional dan digital. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipahami agar proses konstruksi berjalan optimal.

Teknik decoding konvensional mengandalkan kemampuan manual tukang dalam membaca gambar kerja, cetak biru, dan instruksi teknis secara langsung. Keunggulan utama metode ini adalah fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi lapangan. Tukang yang berpengalaman bisa melakukan improvisasi dan penyesuaian cepat berdasarkan pengamatan langsung dan pengalaman praktis mereka. Misalnya, saat menghadapi perubahan desain mendadak atau kondisi tanah yang berbeda dari rencana awal, mereka dapat segera menyesuaikan tanpa harus menunggu instruksi tertulis ulang.

Selain itu, teknik ini tidak memerlukan perangkat teknologi khusus, sehingga lebih mudah diakses oleh tukang di daerah yang belum terjangkau teknologi digital. Namun, ada beberapa keterbatasan yang cukup signifikan. Proses manual ini rentan terhadap kesalahan interpretasi, terutama jika gambar kerja kurang jelas atau tidak lengkap.

Kesalahan membaca ukuran, posisi, atau jenis material dapat berakibat fatal pada kualitas dan keamanan bangunan. Proses yang lambat juga menjadi kendala, karena setiap detail harus dipahami dan dikonfirmasi secara manual, yang dapat memperlambat progres proyek, terutama pada proyek besar dengan kompleksitas tinggi.

Sebaliknya, teknik decoding digital menawarkan keunggulan dalam hal kecepatan, akurasi, dan integrasi data. Dengan teknologi seperti Building Information Modeling (BIM), sensor cerdas, dan Internet of Things (IoT), informasi teknis dapat diolah secara real-time dan divisualisasikan dalam model tiga dimensi yang mudah dipahami.

BIM memungkinkan semua pihak dalam proyek konstruksi—mulai dari arsitek, insinyur, hingga tukang—mengakses data yang sama secara bersamaan. Ini mengurangi miskomunikasi dan kesalahan interpretasi yang sering terjadi pada metode konvensional.

Sensor IoT yang terpasang pada struktur memberikan data kondisi aktual bangunan secara kontinu. Data ini kemudian di-decode menggunakan algoritma kecerdasan buatan untuk mendeteksi potensi masalah sebelum menjadi kerusakan serius. Dengan demikian, teknik digital tidak hanya meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerjaan, tetapi juga mendukung pengelolaan risiko dan pemeliharaan prediktif yang lebih baik.

Namun, adopsi teknik decoding digital oleh tukang tradisional tidak tanpa tantangan. Hambatan teknis menjadi salah satu faktor utama. Banyak tukang yang belum terbiasa menggunakan perangkat digital seperti komputer, tablet, atau aplikasi BIM. Kurangnya literasi digital dan keterbatasan akses teknologi juga menjadi kendala, terutama di daerah dengan infrastruktur teknologi yang belum memadai.

Selain itu, hambatan ekonomi juga signifikan. Investasi awal untuk perangkat keras, perangkat lunak, dan pelatihan sering dianggap mahal dan memberatkan bagi pekerja atau perusahaan kecil. Faktor budaya dan psikologis juga berperan besar; resistensi terhadap perubahan, ketidakpercayaan pada teknologi baru, dan kekhawatiran kehilangan pekerjaan akibat otomatisasi membuat sebagian tukang enggan beradaptasi dengan metode digital.

Tantangan lain adalah integrasi teknologi digital ke dalam praktik kerja tukang tradisional yang selama ini bersifat manual. Perubahan ini memerlukan penyesuaian dalam koordinasi, komunikasi, dan pembagian tugas. Kurangnya dukungan dari manajemen proyek dan kebijakan yang belum memadai dalam mengatur standar penggunaan teknologi digital dapat memperlambat proses transformasi. Perbedaan tingkat pendidikan dan kemampuan teknis antar pekerja juga menimbulkan kesenjangan yang harus diatasi agar teknologi dapat diadopsi secara merata dan efektif.

Meski begitu, tantangan-tantangan tersebut bukanlah hal yang tidak bisa diatasi. Studi menunjukkan bahwa dengan pelatihan yang tepat, dukungan manajemen yang kuat, dan penyediaan infrastruktur teknologi yang memadai, tukang tradisional dapat bertransformasi menjadi tenaga kerja yang mampu memanfaatkan teknologi digital secara optimal. Pendekatan hybrid yang menggabungkan metode konvensional dan digital juga menjadi strategi efektif untuk memudahkan transisi.

Tukang tetap menggunakan keahlian manual mereka sambil secara bertahap belajar menggunakan alat digital sebagai pendukung pekerjaan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan produktivitas dan kualitas konstruksi, tetapi juga membuka peluang bagi tukang untuk berkembang dan berkontribusi dalam proyek-proyek konstruksi modern yang semakin kompleks.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Tradisi Budaya dan Teknologi

 

Rumah Kopi Jiwa 

 

Kacang Anti Kamboja

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved