Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Perceraian di Manado

Angka Perceraian Tinggi di Manado, Begini Analisis Psikolog Preysi Siby

Beberapa faktor yang bisa memicu individu atau personal dengan yakin mengambil keputusan untuk bercerai

Editor: Erlina Langi
Dok. Preysi Siby
TANGGAPAN: Psikolog Preysi Siby tanggapi tingginya kasus perceraian di Manado. Hal ini bukanlah semata-mata persoalan individu atau personal  

Perubahan nilai dan norma sosial perceraian adalah aib atau kegagalan.

Pada kenyataannya, sekarang banyak pasangan suami dan istri yang mulai memandangnya sebagai jalan keluar dari hubungan yang tidak sehat atau toxic.

Contoh kasus: Pergeseran nilai  dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran akan hak individu, khususnya hak perempuan untuk hidup bahagia dan bebas dari tekanan dalam rumah tangga.

Teori Disonansi Kognitif (Festinger)

Seseorang mengalami ketidaksesuaian antara nilai pribadi (misalnya: “pernikahan harus dipertahankan”) dan realita yang dijalani (hubungan penuh konflik), maka terjadi disonansi.

Untuk mengurangi ketegangan itu, salah satu jalannya adalah mengubah nilai atau keyakinan, misalnya dengan menganggap bahwa perceraian bukan hal buruk, sehingga keputusan untuk berpisah lebih mudah diterima secara psikologis.

Teori Kematangan Emosional dan Individualisme

Dalam masyarakat modern, muncul kecenderungan individu untuk lebih mengutamakan aktualisasi diri dan kesehatan mental.

Dari perspektif psikologi perkembangan, ketika individu mulai lebih dewasa secara emosional, mereka akan berani mengambil keputusan demi kebaikan jangka panjang, meski keputusan itu berat seperti perceraian

Jadi, mudahnya pengambilan keputusan bukan berarti tidak bijak, tapi bisa juga karena individu merasa lebih sadar akan kebutuhan dan batas dirinya.

Kurangnya keterampilan mengelola konflik dalam pernikahan. 

Banyak pasangan menikah tanpa bekal emosional yang cukup, termasuk kemampuan komunikasi yang sehat, pemahaman peran, serta kemampuan menyelesaikan konflik.

Pengaruh media dan lingkungan.

Saat kasus perceraian semakin sering dibicarakan di media sosial atau lingkungan sekitar, tanpa narasi kritis, masyarakat bisa terbiasa dan menganggapnya hal wajar.

Ini bisa mendorong individu berpikir bahwa perceraian adalah jalan keluar yang “mudah” dibanding memperbaiki hubungan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved