Opini
Emansipasi Wanita Minahasa Dideskripsikan, 'Jauh sebelum Kartini'
SETIAP Tanggal 21 April, bangsa Indonesia merayakan Hari Kartini untuk menghormati perjuangan seorang pahlawan nasional, Raden Ajeng Kartini
Lingkanbene dan suaminya Crito, merupakan sumber pertanian di Tonsea (Minahasa Utara = Minut).
Mrs Margareta Liwoso Carle, perempuan kelahiran Remboken Minahasa dalam studi doktoral (2005), secara mendalam, meneliti dan mempelajari bagaimana wacana perempuan yang "diasosiasikan" dengan nilai-nilai tradisional Minahasa dan modernisasi dewasa ini.
Liwoso Carle, dalam analisis wacana imajinasi perempuan terkait dengan nilai-nilai tradisional Minahasa dan modernisasi, pendekatan interdispliner, menegaskan kembali bahwa peran perempuan dalam cerita daerah (Minahasa), telah mengalami emansipasi jauh sebelum Kartini di Jawa yang menggaungkan gerakan wanita.
Namun secara khusus perkembangan emansipasi wanita Minahasa tidak semata-mata menuntut hak dan sama-sama persamaan belaka.
Ada tempat wacana yang menonjolkan peran perempuan dalam mengeksplorasi Minahasa seperti tempat di masyarakat Minahasa. Khusus mengenai mitologi yang hidup dalam masyarakat Minahasa.
Wacana mitologi menjelaskan asal muasal nenek moyang Minahasa dari Karema-Lumimuut secara signifikan wacana tradisional telah menghadirkan tokoh perempuan Minahasa.
Seperti: Maria Maramis, nyonya Walanda, tokoh emansipasi. Wanita kelahiran 1 Desember tahun 1872 di desa Kema, sekarang Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, dilahirkan dari seorang wanita yang bernama Sarah Rotinsulu.
Maria memperjuangkan hak-hak asasi dan emansipasi perempuan, terutama dalam bidang pendidikan dan politik.
Jauh sebelum RA Kartini. Juga mendirikan organisasi wanita pertama PIKAT.
Setelah 45 tahun dari kematiannya pada tanggal 22 April 1924. Maria dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.
Sopie Cornelia Pandean, Aneke Lapian, adalah perempuan Minahasa yang ikut merebut kemerdekaan.
Dokter perempuan pertama di Indonesia Maria Emilia Thomas wanita Likupang Minahasa Utara (17 Februari 1896 – 10 Oktober 1966).
Lulus dari Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (STOVIA) pada tahun 1922. Dan juga dokter spesialis "obstetri dan ginekologi" pertama di Indonesia dan juga mendirikan sekolah kebidanan di Bukittinggi
Nona Karundeng merupakan satu-satunya perempuan Minahasa yang memiliki andil dalam penyusunan dan pengetikan naskah proklamasi Indonesi, dan masih banyak pemimpin perempuan Minahasa lainnya.
Peran perempuan yang kuat dimasa itu dan sekarang memberikan pemahaman bahwa Minahasa lebih dulu menganut “matiarkal”, yaitu sistem sosial di mana perempuan memiliki kekuasaan mutlak dalam keluarga. Sistem ini, perempuan memiliki hak istimewa dan otoritas moral.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.