Sulawesi Utara
Menuju Sulut Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan

Pilkada Bitung

Pilkada Bitung 2024: Adu Gagasan, Bukan Black Campain, Ujaran Kebencian, hingga Isu SARA

"Dalam pilkada ini yang ditampilkan adu ide dan gagasan dari kontestan," kata Novianto Topit, Senin (2/9/2024).

Mahasiswa Magang Politeknik Negeri Manado/Gita Gracia Sumasagha
Ilustrasi Pilkada 2024. 

TRIBUNMANADO.CO.ID, BITUNG - Dua tokoh muda di Kota Bitung, Sulawesi Utara, Novianto Topit dan Robby Supit, ingin Pilkada Bitung 2024 menjadi pertarungan ide atau gagasan, tanpa black campaign, isu SARA, dan ujaran kebencian.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Wakil Ketua Komnas HAM RI, Pramono Ubaid Tanthowi.

"Dalam pilkada ini yang ditampilkan adu ide dan gagasan dari kontestan," kata Novianto Topit, Senin (2/9/2024).

Masyarakat Kota Bitung harus cerdas memilih pemimpin dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Indonesia Emas 2045 butuh figur yang punya kemampuan di atas rata rata, bukan yang mengandalkan citra seakan mereka merakyat dan punya jiwa sosial yang tinggi, padahal faktanya tidak demikian. 

Masyarakat justru membutuhkan sosok yang mampu membawa Kota Bitung untuk siap menghadapi berbagai gejolak ekonomi di masa depan dengan menghidupkan ekonomi masyarakat dan menjadikan mereka lebih kuat dan mandiri. 

Sementara itu menurut Robby Supit, konstelasi politik yang kian memanas di Kota Bitung mulai berjalan tidak sehat karena bermunculan black campaign.

Black campaign, isu SARA, dan ujaran kebencian menunjukan adanya persaingan tidak sehat, merusak demokrasi yang dikemas dalam narasi yang tidak baik dalam berpolitik guna kemenangan dalam Pilkada 2024.

"Saya melihat ini bukan hanya murni black campaign untuk tujuan politik, tetapi pembusukan kepada pemerintahan yang sah," jelas Robby Supit.

Ia menyarankan ke masyarakat agar berhati hati karena ada pesan-pesan satanic yang dibungkus dalam black campaign di 2024.

Baca juga: Lirik Lagu Wes Tatas - Happy Asmara

Baca juga: Chord dan Lirik Lagu Sigar - Niken Salindri

Di tempat terpisah, Pramono mengatakan kontestasi Pilkada 2024 di era modern sangat dipengaruhi peran media.

Apalagi peran media sosial bisa mengamplifikasi konflik yang ada di Pilkada 2024.

"Di sinilah peran bakal pasangan calon, termasuk di dalamnya orang-orang yang tim pendukungnya dan sebagainya dalam menggalang dukungan publik, menarik simpati masyarakat harus dengan kedepankan gagasan progresif," kata Pramono.

Gagasan tersebut bisa berupa tawaran daerah lebih maju, pelayanan kesehatan ke masyarakat miskin, pelayanan pendidikan yang aksesibel ke warga di daerah terpencil, hingga penataan transportasi umum.

Intinya, hal-hal yang berfokus pada program, bukan black campaign, isu SARA, maupun ujaran kebencian yang tidak terkait dengan pekerjaan jika nanti terpilih sebagai kepala daerah.

Ilustrasi Pilkada Serentak 2024. Yulius - Victor memperoleh 43,01 persen suara,  Steven - Denny mendapatkan 34,38 persen suara, Elly - Hanny di angka 21,89 persen suara.
Ilustrasi Pilkada Serentak 2024. Yulius - Victor memperoleh 43,01 persen suara, Steven - Denny mendapatkan 34,38 persen suara, Elly - Hanny di angka 21,89 persen suara. (Kolase Tribun Manado)
Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved